Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman sempat berbagi cerita tentang bagaimana pola pengaturan keuangan di keluarganya masing-masing. Dan dari saling berbagi cerita inilah diketahui bahwa kita semua punya caranya masing-masing untuk mengatur keuangan keluarga. Mulai dari siapa yang berperan besar untuk mengatur keuangan, cara perencanaan pengeluaran, dan juga bagaimana mengatur tabungan. Semua itu bisa sangat berbeda di setiap keluarga. Hal ini tentu dilatarbelakangi juga oleh kebiasaan pribadi masing-masing orang, atau mungkin itu adalah hasil keputusan bersama antara suami dan istri. Dari obrolan itulah kita bisa saling belajar dan mengambil ide yang mungkin cocok diaplikasikan di keluarga masing-masing. Dan akhirnya terpikirkan juga untuk berbagi di sini, siapa tahu bisa menjadi ide juga bagi yang lain.
Photo created by jcomp - www.freepik.com |
Untuk kita sendiri, bisa dibilang pengaturan keuangan diketahui dan diatur bersama oleh saya dan suami. Baik itu saat saya masih berpenghasilan dulu atau pun sekarang setelah menjadi ibu rumah tangga. Dulu uang saya dan suami digabung, setelah itu barulah kita atur pembagian dan peruntukannya. Begitupun sekarang, walaupun hanya berasal dari gaji suami saja, tapi tetap kita atur dan rencanakan bersama. Berikut ini adalah beberapa langkah dan hal yang mendasar yang kita terapkan agar pola aliran keuangan bisa terencana dan berjalan baik..
Mengetahui dan menghitung kebutuhan keluarga
Untuk membuat pengaturan itu sendiri, langkah pertama yang perlu diketahui adalah seberapa besar sih kebutuhan kita. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan bulanan, tahunan, jangka panjang dan kebutuhan tambahan. Kebutuhan bulanan itu misalnya kebutuhan pokok harian, sedekah, uang kontrakan atau cicilan, transportasi, dan tabungan. Kebutuhan tahunan misalnya zakat, pajak kendaraan bermotor, PBB, dan service kendaraan. Kebutuhan jangka panjang bisa berupa uang pendidikan anak, tabungan umroh dan haji, ataupun perawatan rumah. Untuk kebutuhan tambahan ini biasanya bersifat tak menentu, seperti liburan, pulang kampung, ataupun membeli perabotan rumah.
Intinya, kita hitung dulu semua kebutuhan itu agar bisa membuat perencanaan dan pembagiannya. Untuk proses penghitungan pengeluaran bulanan dapat dilakukan dengan cara mencatat semua pengeluaran selama sebulan penuh. Hal ini bisa diulangi lagi selama dua sampai tiga bulan, agar diketahui pola pengeluaran yang lebih tepat dan mendekati. Setelah itu, pelajarilah cara kita membelanjakan uang, apakah sudah tepat, atau masih berlebihan dan masih bisa diperketat misalnya.
Selain pengeluaran bulanan, kita juga perlu menghitung pengeluaran tahunan ataupun jangka panjang. Untuk pengeluaran tahunan ini, selanjutnya bisa dibagi untuk menjadi pengeluaran bulanan. Artinya, setiap bulan kita menabung atau menyisihkan dana untuk kebutuhan tahunan tersebut. Hal ini tentu lebih memudahkan dan terencana, sehingga disaat nanti dibutuhkan, kita tidak kaget lagi ketika membutuhkan dana yang cukup besar tersebut.
Setelah semua dihitung, kita bisa membuat persentasenya. Dari sana bisa dilihat, bagaimana pola pengeluaran kita selama ini. Hal ini bisa dibantu dengan membuat persentase pengeluaran, dengan
membagi ke beberapa bagian, misalnya cicilan, pengeluaran pribadi,
dapur, pendidikan, atau pun piknik. Piknik ini contohnya adalah wisata
keluarga termasuk jalan-jalan ke mal atau kebutuhan nongkrong di coffee
shop misalnya, yaa..bisa dibilang pengeluaran bersenangsenangnyalah.
Karena itu tentu bagian dari kebutuhan juga bukan?
Setelah melihat pengeluaran secara menyeluruh inilah, kita bisa melihat kenyataan kemana uang itu dihabiskan. Dan hal inilah yang bisa membantu kita untuk lebih mengupayakan perencanaan yang lebih ketat misalnya. Karena kita bisa terbantu untuk menentukan prioritas dan kebutuhan masa depan. Dan jangan lupa, bahwa hal terpenting di sini adalah untuk menetapkan prioritas dan selalu berada di jalur yang aman, yaitu tetap sesuai anggaran dan mengatur gaya hidup tanpa melebihi pemasukan.
Memiliki beberapa rekening
Setelah pengeluaran diketahui, langkah selanjutnya adalah menempatkan pemasukan itu ke dalam posnya masing-masing. Dalam hal ini ada beberapa hal yang saya lakukan. Salah satunya adalah dengan menggunakan beberapa rekening. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan, tidak membingungkan dan melatih kedisiplinan. Karena, kalau uang itu berada dalam satu tempat, akan sulit melihat masuk dan keluarnya dana. Beberapa pos yang bisa ditempatkan di rekening berbeda contohnya adalah dana pendidikan anak, tabungan, tabungan haji dan umroh, dan perawatan rumah.
Memisahkan kebutuhan tahunan
Selain penempatan di beberapa rekening, untuk pengeluaran yang lain
bisa ditempatkan di amplop yang berbeda, apalagi untuk kebutuhan tahunan. Seperti contohnya, zakat dan sedekah, pajak dan service kendaraan,
bahkan juga tabungan kurban. Jadi bukan hanya pengeluaran bulanan saja yang dipisahkan setiap bulannya, tapi juga pengeluaran tahunan. Secara sederhananya, besaran pengeluaran tahunan itu dapat dibagi dua belas, dan hasilnya itulah yang kita sisihkan setiap bulannya. Dana yang disihkan itu bisa ditempatkan di masing-masing amplop. Cara ini tentu memberikan kemudahan serta terasa lebih meringankan, karena uang yang disisihkan terasa tidak terlalu besar bukan?
Selesaikan hutang
Walau dalam bentuk apapun, hutang selalu memberikan efek yang kurang baik kepada kita, karena menempatkan kita sebagai pihak yang dikejar. Di saat awal pernikahan dulu, kita masih merasa berhutang adalah hal yang wajar apalagi di bank. Untuk membeli rumah atau pun mobil, rasanya tidak mungkin jika tidak menggunakan jasa bank. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, kita berdua tersadarkan bahwa hutang seperti itu bukanlah jalan yang tepat karena termasuk ke dalam riba. Akhirnya, kita berdua berniat untuk melunasinya. Saat itu tidak terbayang untuk melunasi dengan cara apa. Hanya saja saat itu kita sangat berniat kuat untuk melunasinya. Dan alhamdulillah, di saat ada kesempatan untuk bisa melunasi mobil lebih cepat, kita diberikan kemampuan untuk itu. Yang jika dimatematikan secara akal manusia, rasanya tidak mungkin bisa. Entah bagaimana, Allah memberikan rezeki untuk itu. Entahlah, sampai saat ini pun saya masih tidak bisa menjelaskannya. Tapi yang pasti, terasa Allah begitu memudahkan dan memberi jalan saat kita berniat untuk melunasi hutang. Untuk selanjutnya semoga Allah menjauhkan kita dari berhutang. Aamiin..
Menabung untuk "keinginan"
Kebutuhan dan keinginan itu berbeda bukan? Walaupun bukan hal yang pokok, namun keinginan seringkali menjadi hal yang penting untuk dipenuhi. Sehingga akhirnya keinginan itu pun menjadi pengeluaran tambahan. Apa saja sih yang termasuk keinginan? Beberapa di antaranya adalah liburan, kebutuhan rumah serta hobi. Kebutuhan rumah ini contohnya membeli dekorasi rumah, atau printilan kebutuhan rumah lainnya. Tentu setiap orang punya keinginan yang berbeda, untuk itu bisa disesuaikan menurut keinginan masing-masing orang.
Nah, untuk beberapa hal yang bisa dikategorikan sebagai keinginan ini, kita bisa menganggarkannya dengan cara menabung. Salah satu cara menabung yang dapat dilakukan adalah dengan membuat celengannya masing-masing. Dan saya rasa ini adalah bagian keseruannya. Karena kita bisa merasakan celengan yang sedikit demi sedikit bertambah dikala kita membayangkan keinginan itu dicapai.
Dan kebiasaan ini pun bisa ditularkan ke anak. Jadi saat si anak punya keinginan tertentu, misalnya ingin membeli mainan, maka kita bisa mengajarkan untuk bersabar dan menabung untuk mendapatkan keinginannya tersebut. InsyaAllah si anak pun bisa lebih menghargai mainannya tersebut bukan?
Demikianlah beberapa cara yang saya terapkan dalam pengaturan keuangan keluarga. Mungkin bukan pengaturan keuangan ala ahli ekonomi tapi semoga memberikan ide dan manfaat bagi yang membacanya ya..