Dunia seakan mencoba membuatku gerah belakangan ini. Ada saja caranya untuk membuatku marah, geram dan frustasi. Semua seakan tidak berjalan semestinya. Manusia tampak bukan seperti manusia lagi. Tindak tanduk sudah tidak mulia lagi. Semua mudah saja menjadi biasa dan terbiasa.
Sebut saja Zionis yang sampai sekarang masih tak memperlihatkan kemanusiaannya. Tidak habis pikir! Jika kumulai mempertanyakan, mengapa mereka tak punya hati? Namun, di antara kejelasan yang telah terjadi, faktanya pun terbuka jelas yang seharusnya tak terbantahkan lagi, masih saja ada bahkan banyak yang membela mereka. Kenapa?!
Kita berada di titik yang sudah tak berdaya untuk menolong mereka. Begitu banyak warga Palestina yang terbunuh. Bayi, anak-anak, bahkan tenaga medis dan jurnalis pun sudah menjadi korban. Dunia seakan diam. Kita pun bingung harus bagaimana. Bantuan pun sulit masuk ke sana. Mereka tak berdaya, kita pun begitu. Aku semakin geram dan frustasi. Hingga aku pun membuat pilihan untuk mulai memboikot produk-produk yang mendukung kaum zionis.
Namun kenyataannya, banyak yang menyayangkan sikap boikot ini. Mereka berpendapat itu akan menghambat rezeki saudara-saudara kita juga. Mereka juga berpendapat bahwa percuma saja boikot ini dilakukan. Tidak akan berpengaruh. Berada di antara pilihan ini, tak usah ragu. Karena tahukah kalian? Bukan seberapa besar pengaruhnya untuk mereka,
Namun, ini adalah caraku untuk menjaga kewarasan diriku. Untuk tetap teguh memilih posisi dimana kakiku berpijak, untuk tetap teguh memilih kemana hatiku berpihak.
Semoga Allah segera mengangkat kesedihan dan penjajahan atas saudara kita di Palestina.
Tak cuma itu saja. Bahkan Indonesia pun juga membuatku geleng-geleng kepala. Ampun-ampunan rasanya. Para pemimpin rasanya mempertontonkan hal yang tak layak. Hukum yang bisa diatur sesuai keinginan, nepotisme yang sudah tidak tahu malu lagi, pelanggaran yang terang-terangan yang seperti sudah tidak ditutup-tutupi lagi. Semua tampak tidak tahu malu.
Namun, yang membuatku lebih tak percaya lagi adalah bahwa demikian banyak masyarakat yang mendukung mereka. Ini yang lebih tak masuk akal lagi. Entah bagaimana Indonesia di tahun-tahun mendatang nanti.
Aku mencoba menarik nafas, sedikit menjauh. Mencoba tak terlalu dalam. Sekali lagi, demi menjaga kewarasanku.
Ingatlah! Manusia itu hanyalah manusia. Janganlah engkau menganggapnya setara dengan nabi.
Sepintar apapun, seberkarisma apa pun, segagah apa pun, serendah hati apapun, mereka itu hanyalah seorang manusia. Tak perlu mencintainya terlalu dalam. Tak perlu tundukkan hatimu hanya untuknya. Jika ia salah, akuilah. Dan jika pilihan lain lebih baik, tak perlu malu untuk berpindah dan memilih yang lebih baik.
Sekali lagi, bukan memilih yang menang. Namun, pilihlah yang lebih baik atau lebih sedikit keburukannya. Pernyataan ini bukan sekedar sampai pemilihan para pemimpin kita, namun hingga nantinya. Sekali lagi, bukan bagaimana hasilnya, namun untuk tetap teguh memilih posisi dimana kakiku berpijak, untuk tetap teguh memilih kemana hatiku berpihak.
Sekali lagi, tetaplah waras..!!