Sudah sejak setahun yang lalu rasanya badan tidak fit seperti dulu lagi. Terasa lebih mudah lelah dan gampang sakit. Selain itu tulang-tulang juga terasa kaku. Bahkan berdiri dari posisi jongkok pun harus pelan-pelan karena sering terasa sakit. Persis seperti nenek saya dulu. Sempat terpikir kalau saya sudah menua, tapi apakah memang sudah setua itu untuk merasakan hal seperti ini. 

Bahkan suatu kali, saya tidur hingga 36 jam dan hanya memaksakan bangun untuk sholat, dan kemudian lanjut tidur kembali. Sulit sekali rasanya untuk membuka mata. Badan dan mata sungguh sangat berat saat itu, padahal saya tidak begadang sebelumnya. 

Saat itu agak sungkan untuk memeriksakan diri ke dokter, karena dibilang sakit juga kok rasanya enggak. Tapi perasaan mengatakan ada yang kurang beres. Mencoba mencari jawaban, akhirnya saya pun memilih bertanya pada Dr. Google. Beberapa dugaan muncul, mulai dari kelelahan kronis sampai masalah tiroid. Dan satu hal yang saya sadari, bahwa bertanya kesehatan kepada si Dr. Google ini cenderung memberikan jawaban yang menakutkan. Rasanya hampir semua jawabannya mengarah kepada penyakit berat, yang bisa saja membuat kita waswas sendiri.

Sampai akhirnya saya berkesempatan bertemu dengan teman yang juga seorang dokter dan saya pun disarankan untuk diperiksa olehnya. Dugaan saat itu, lagi-lagi berhubungan dengan kelenjer tiroid. Dan saya diminta untuk cek darah. Namun, setelah hasilnya keluar, diketahu bahwa tiroid saya baik-baik saja. Dan kesimpulan saat itu adalah bahwa saya hanya gampang cemasan saja. Duh.. inilah yang membuat saya semakin berat untuk ke dokter. Rasanya malu juga kalau hasilnya seperti itu, hehe..

Sampai suatu hari saya ingat obrolan teman di grup whatsapp tentang kekurangan vitamin D. Dan rasanya tanda-tandanya juga seingat saya sama. Akhirnya saya pun berbagi cerita dan meminta pendapat kepada teman tersebut. Dan dari obrolan itulah saya mengetahui bahwa dia pun mengalami hal yang sama. Setahunan merasa tidak enak badan, tapi dokter tidak menemukan penyakit atau masalah apa pun. Dan akhirnya dia pun mendapatkan saran dari temannya untuk cek vitamin D. Dan setelah hasil keluar diketahuilah bahwa dia pun mengalami defisiensi vitamin D saat itu.


Namun, walaupun saya sudah mendengar ceritanya saat itu, tapi saya tidak langsung memeriksakan diri saat itu dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang membuat saya agak ragu untuk mendatangi tempat pemeriksaan kesehatan. Sampai suatu hari, saya kembali merasa kelelahan. Dan paginya saat bangun tidur, tulang-tulang terasa kaku dan badan sulit digerakkan. Bahkan untuk bangun saja saya harus dibantu saat itu. 

Akhirnya, didorong oleh kondisi tersebut, saya pun memeriksakan diri ke Prodia. Dan saat hasilnya keluar, ternyata benar saja bahwa nilai vitamin D saya sangatlah rendah yaitu di angka 6, padahal batas bawahnya adalah 30. Sehingga saya pun sudah dinyatakan mengalami defisiensi saat itu.

Dari pengalaman saya dan juga teman-teman yang mengalami hal yang sama, memang sepertinya kekurangan vitamin D ini tidak terlalu dikenali saat ini bahkan oleh kalangan dokter sekalipun. Mungkin karena tanda-tandanya yang tidak terlalu spesifik sehingga menjadi sulit untuk diidentifikasi. Padahal kekurangan vitamin D itu sendiri bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh kita yang bisa berbahaya apalagi pada kondisi pandemi saat sekarang ini.  

Untuk itu, rasanya perlu untuk kita mengenal sendiri tentang tanda-tanda kekurangan vitamin D ini. Sehingga jika kita mengalami hal yang sama, kita bisa menyadari dan memeriksakannya sendiri jika perlu. Untuk saya sendiri gejala yang saya rasakan adalah : 

Badan yang mudah lelah

Untuk menilai seberapa mudah lelah saya saat itu adalah dengan membandingkannya dengan saya pada dua atau tiga tahun yang lalu, atau pun dengan orang-orang di sekitar saya yang dirasa dalam kondisi normal saat itu. Kelelahan yang saya rasakan bukan hanya dari pekerjaan berat saja. Tapi untuk aktifitas sehari-hari di rumah saja, saya bisa merasa lelah dan perlu membaringkan tubuh untuk memulihkan kondisi. Bahkan saya sudah bisa memperhatikan bahwa kemampuan tubuh saya hanya sampai jam 7 malam, dan itu sudah harus berhenti beraktifitas. 

Dan jika saya harus berkegiatan lebih berat, seperti ketika harus mempersiapkan kedatangan tamu ke rumah misalnya atau ketika ada kegiatan deep cleaning di rumah , saya bisa terkapar di tempat tidur lebih lama, bahkan seperti yang saya paparkan di atas, saya bisa tidur selama 36 jam. Padahal untuk orang yang normal atau pun untuk saya sebelumnya,  kondisi tersebut tidaklah semelelahkan itu.

Tulang yang terasa kaku dan sakit

Seringkali saya mempertanyakan hal ini dengan suami di rumah, kenapa punggung dan tulang saya sering sekali terasa sakit salah satunya saat bangun tidur. Pernah kita menduga itu adalah karena pengaruh kasur yang terlalu empuk. Bahkan kita akhirnya mengganti kasur, tapi tidak terlalu membawa perubahan. Selain itu, ketika saya harus jongkok saat mencuci atau membersihkan rumah, selalu sulit sekali untuk berdiri karena pinggang dan punggu terasa sakit. 

Sampai puncaknya, tulang punggung yang terasa kaku saat bangun tidur dan sulit digerakkan walaupun hanya mengubah posisi sekalipun. Akhirnya saya pun dibantu untuk duduk saat itu. 

Mudah terserang penyakit

Mudah terserang penyakit yang saya rasakan adalah sejenis flu, batuk pilek dan sakit kepala. Bahkan sembuhnya pun terasa lebih lama. Bahkan seringkali saya harus minum obat karenanya. Padahal suami dan anak saya baik-baik saja saat itu. 

Rambut rontok

Masalah rambut rontok ini adalah yang terberat dan terlama yang pernah saya rasakan. Jumlah rontoknya pun sangatlah banyak. Bahkan walaupun saya hanya menyisir memakai tangan, tetap saja banyak yang berjatuhan. Beberapa produk pencegah rontok pun sudah saya coba tapi tidak menunjukkan hasil.

Jadi, jika kamu mengalami beberapa gejala yang mirip seperti di atas, bisa jadi kamu pun mengalami defisiensi vitamin D. Cobalah cek darahmu dan periksakan kadar vitamin D 25-OH-nya.  

Selanjutnya, untuk mencukupi kebutuhan vitamin D ini beberapa hal yang saya lakukan adalah :

  • Mengonsumsi vitamin D minimal 5000 IU. Untuk vitamin dosis ini, memang agak sulit mencarinya di toko obat yang biasa kita datangi. Tapi ini bisa ditemukan di toko online seperti tokopedia. Namun yang perlu diperhatikan saat membelinya adalah perihal  kandungannya. Karena biasanya bahan kapsulnya terbuat dari bahan yang kemungkinan tidak halal. Jadi lebih baik dipilih yang ada logo halalnya atau pun bisa dipilih yang produk vegan atau plant based. 


  • Berjemur sinar matahari pagi. Saya biasa melakukannya sekitar 15-20 menit.
  • Mengonsumsi makanan yang kaya kandungan vitamin D. Ada banyak makanan sumber vitamin D, dan diantaranya yang saya coba konsumsi adalah ikan tuna, jamur, yoghurt, telur, udang dan jeruk.

Dan setelah lebih kurang 4 bulan setelahnya, saya pun kembali cek darah untuk melihat kadar vitamin D saya kali ini. Dan alhamdulillah, kadarnya sudah berada di angka 60. Tapi walaupun begitu, tetaplah harus terus menjaga pola hidup yang sehat dan memperhatikan kebutuhan vitamin D. Karena berdasarkan pengalaman teman-teman yang mengalami hal ini, setelah angka vitamin D-nya normal dan tidak mengonsumsi vitamin D lagi, beberapa bulan kemudian dia pun kembali mengalami defisiensi. 

Jadi, seperti saran dokter, tetaplah menjaga asupan vitamin D dengan menyesuaikan dosisnya, mengecek secara berkala, dan juga selalu rutin berjemur matahari.  Semoga dengan lebih memperhatikan kebutuhan vitamin D ini, tubuh kita pun tetap sehat dan bisa beraktifitas dengan baik. Tetap sehat ya untuk semua..


  • 0 Comments

Seperti biasa, di minggu pertama di setiap bulannya, akan ada tema menulis yang diberikan di komunitas 1 minggu 1 cerita. Tema di bulan ini adalah tentang santai. Pada saat tema ini terpilih, yang langsung terpikirkan saat itu adalah bahwa saya adalah orang yang tidak santai. Tidak santai di sini maksudnya adalah segala sesuatunya ingin dilakukan secara sigap. cepat bahkan kalau perlu dua tiga hal dilakukan sekaligus. Tidak heran, kalau ketidaksantaian ini mengundang kecerobohan. Bahkan keluarga pun menyebut saya garocoh-pocoh. Ini adalah istilah dalam bahasa Minang yang artinya grusa-grusu atau suka terburu-buru. Lain lagi dengan suami yang menyebut saya was wes wos untuk hal ini. Tapi intinya sama saja, yaitu ketidaksantaian yang membawa kecerobohan, hehe..

Saya tidak tahu bagaimana ketidaksantaian ini bermula. Tapi jika saya pikirkan lagi alasan pada saat ini adalah karena begitu banyaknya target di dalam kepala dan begitu banyaknya yang ingin dilakukan. Bahkan rasanya waktu yang 24 jam itu terasa kurang. Akhirnya seperti berkejar-kejaran dengan waktu. Ingin rasanya berubah untuk lebih santai, lebih tenang. Apalagi saat saya membaca tulisan di buku nkcthi..

Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?


Memang hal yang penting untuk memberikan waktu pada diri untuk menarik nafas dengan nyaman. Melakukan perlambatan atau sekedar memberikan waktu untuk jeda sejenak. Ya, sekali lagi saya butuh jeda.. Jeda agar saya bisa melihat lebih dalam, menikmati prosesnya dengan hati senang, dan selanjutnya menjadikan diri lebih tenang, lebih santai..





Tapi kenyataannya, memulai jeda ataupun melakukan jeda, bukanlah hal yang mudah jika kita sudah terbiasa untuk tidak santai. Selalu ada saja godaan untuk melakukan target ini dan itu atau sekedar perasaan membuang-buang waktu. Untuk mengatasi hal itu, saran saya, isilah jeda itu dengan hal yang disukai agar bisa menikmati prosesnya. Setiap orang tentu bisa berbeda.. Tapi di bawah ini adalah beberapa pilihan hal-hal yang saya lakukan untuk bisa menikmati waktu jeda ini agar bisa mencapai target diri yang lebih santai..

Menulis

Salah satu hal yang paling mujarab untuk melatih saya bersantai adalah dengan menulis, dan metode yang saya sukai adalah dengan menulis blog. Dengan menulis saya bisa fokus dalam satu hal, yaitu pengembangan ide. Karena, jika tidak fokus, ide itu tentu tidak akan muncul. Dan tulisan pun tentu akan gagal ditulis.

Karena itu, saya pun dengan sendirinya "dipaksa" untuk fokus dan tidak memikirkan hal lain. Pelan-pelan saja.. Salah tidak apa-apa karena nanti bisa dihapus dan diperbaiki lagi. Akhirnya kata demi kata pun akan mengalir juga. Siapa yang sangka, menulis sangatlah menyenangkan. Apalagi, di saat tulisan itu sudah selesai, ada kelegaan dan kepuasaan yang bisa saya rasakan.

Menggambar

Menggambar memang salah satu hobi yang saya sukai. Dan menurut saya, tak perlu hebat dan luar biasa untuk menggambar. Karena tidak ada benar dan salah dalam hal ini, yang penting kita bisa melakukannya dengan senang. Bukan begitu?

Menggambar bisa dengan menggunakan berbagai media, bahkan bisa dengan media digital seperti handphone.. Tapi yang menjadi favorit saya adalah dengan menggunakan cat air. Proses menggambar tentu membutuhkan waktu. Apalagi ditambah dengan mewarnainya.




Di sini, saya dengan sendirinya akan mendedikasikan waktu untuk melakukannya. Selain itu,tentu saja pikiran akan fokus memikirkan satu hal saja yaitu apa yang saya gambar dan buat di atas kertas gambar tersebut. Dan saya rasa, dengan menggambar, saya bisa menikmati waktu santai saya.

Membaca

Menikmati membaca buku dengan tenang itu sebenarnya menyenangkan. Saya menyadari itu.. Bahkan, saat ke toko buku pun, hampir selalu tergoda untuk membeli buku baru. Tapi seringkali buku-buku itu kembali mengisi rak tanpa sempat dibaca.

Bahkan suatu hari, di saat saya berniat untuk memulainya, saya pun mengambil salah satu buku di rak. Saya berniat membacanya hari itu.. Maka saya pun segera menuju tempat yang nyaman sambil membawa buku itu.

Halaman demi halaman saya coba baca. Tak terasa sudah sepertiga buku yang saya baca. Isinya menarik dan sampai-sampai saya langsung menceritakannya isinya kepada suami hari itu. Dan saya pun berniat melanjutkannya esok hari. Saya letakkan buku itu di tempat tidur, agar nantinya rutin saya baca sebelum tidur. Tapi, sampai sekarang, tanda bacaan saya tidak bergeser, masih di halaman sama. Begitulah..untuk bersantai saja pun tidak mudah.. Tapi, tidak apa-apa. Kita coba lagi besok ya.. 



Rehat sejenak dari media sosial

Media sosial memang menyenangkan untuk dinikmati. Apalagi banyak hal menarik dan menginspirasi di sana. Tapi, tak jarang media sosial malah memberikan info dan berita yang kurang menyenangkan. Banyak perdebatan ataupun komentar yang kurang baik di sana. 


Hal-hal yang seperti inilah yang akhirnya membuat diri ikut merasakan aura negatifnya. Bahkan juga tersulut emosi. Untuk itu, jika ingin bersantai lebih baik untuk rehat sejenak dari media sosial.. Dan menikmati dunia nyata sementara waktu..


Berjalan Kaki

Tidak perlu berlari, cukup berjalan kaki khususnya di pagi hari. Bukan hanya bisa membuat badan segar, tapi pikiran pun tenang. Menghirup udara pagi yang bersih dan sejuk tentu bisa membuat hati yang panas pun mendingin bukan? Begitu pula dengan melihat kegiatan pagi orang-orang, merasakan kehidupan dengan lebih tenang dan tidak terburu-buru. Cukup nikmati udaranya dan berjalanlah dengan santai..



Semoga saya bisa menjadi manusia yang lebih santai, lebih tenang.. Tak perlu terburu-buru.. Berhenti sejenak itu baik bukan?









  • 1 Comments

Sudah sejak berbulan-bulan yang lalu, bisa dikatakan saya berhenti berolahraga. Pada saat itu badan rasanya lemas, terasa kaku dan sering merasa tidak enak badan. Tak diketahui penyebabnya saat itu, dugaannya mulai dari kelelahan kronis atau pun masalah tiroid. Tapi beberapa waktu yang lalu akhirnya terjawab juga bahwa saya mengalami defisiensi vitamin D. Dan untuk itu, saya perlu mengkonsumsi vitamin D,  berjemur matahari dan olahraga ringan seperti jalan kaki sekitar 30 menit. Tapi rasanya berat sekali untuk memulai berjalan kaki ini. Bahkan sejak sebelum bulan Agustus kemaren, saya sempat membuat resolusi sederhana bersama dua orang teman. Resolusi kami saat itu adalah membaca buku 1 bulan sekali, minum 2 liter sehari dan berjalan kaki 20 menit sehari. Namun, bulan Agustus sudah berakhir, jalan kaki ini tak sekalipun berhasil dilaksanakan. Haduuh..

Dan akhirnya lewat grup whatsapp 1minggu1cerita saya mendapat info mengenai tantangan berjalan kaki . Tantangan ini dikenal dengan tagar tanoswalkingchallenge. Tanos itu sendiri adalah singkatan dari tantangan naon sih, yang mana  naon di sini berasal dari Bahasa Sunda yang berarti apa. Penggagasnya adalah duo blogger yaitu kak Renov dan kak Efila. Aturan tantangannya sendiri sederhana, cukup lakukan jalan kaki minimal 20 menit sehari selama seminggu penuh, upload di instagram dengan hastag #tanoswalkingchallenge, dan silakan mention Kak Renov dan Kak Efila. 

Dan akhirnya saya pun menyatakan keikutsertaan di sana. Berbekal kewajiban, tanggung jawab dan menunjukkan komitmen diri, akhirnya badan yang sudah masuk fase mager yang hampir jamuran ini pun akhirnya mulai menyapa matahari lagi. Yihaaaa...  

Dan inilah rekapan kegiatan jalan kaki saya selama 7 hari ini..

Hari ke-1

Hari pertama ini saya memulai sendirian saja. Dan saat memakai sepatu dan menyalakan aplikasi untuk tracking, perasaan pun semakin excited. Waaah..memang sudah lama sekali rasanya tidak memakai sepatu ini. Bahkan sepatu ini saya ambil di lemari belakang di tempat penyimpanan sepatu-sepatu yang sudah tidak terpakai lagi atau pun yang memang sudah sangat jarang dipakai.

Untuk rute perjalanan, saya membebaskan kaki saja untuk memilih. Melewati jalanan komplek yang masih sepi dan masuk ke area mesjid yang di sana terdapat dua danau. Di sekeliling danau sudah dibuatkan jalur untuk pejalan kaki. Di sana pun ada beberapa orang yang juga berolahraga. Kali ini saya hanya mengelilingi salah satu danaunya saja.

 

Dan untuk #tanoswalkingchallenge kali ini saya berhasil berjalan sejauh 2,6 km selama 43 menit. 

Hari ke-2

Hari kedua saya mencoba rute yang berbeda dibanding kemaren. Saya melewati jalan utama perumahan, sehingga lebih banyak melihat kesibukan pagi orang-orang. Ada yang bermain sepeda, menyiram tanaman, ojek online yang sudah mulai mengantarkan orang-orang, maupun tukang sayur yang sudah mulai berjualan. ⁣
⁣
Tapi yang paling menarik perhatian adalah para ibu-ibu yang menyapu jalanan. Di sepanjang jalan saya bisa melewati banyak ibu-ibu ini. Mereka sangat ramah dan hampir selalu menyapa jika bertemu. Dan satu hal yang saya kagumi dari mereka adalah mereka sangat berani. Tampak santai saja untuk menyapu sampai ke tengah jalan walaupun mobil dan motor tetap sibuk berlalu lalang. Luaar biassaa...⁣

Kali ini, saya berjalan sejauh 2,85 km selama 52 menit. Sedikit lebih jauh dan lebih lama daripada kemaren.  

Hari ke-3

Alhamdulillah sudah masuk hari ketiga  dan saya masih belum bolos euy...Aheeey.. Dan spesialnya hari ketiga ini adalah kali ini saya tidak sendiri lagi tapi ditemani oleh teman hidup  *prokprokprok..👏👏👏 Akhirnyaaa...⁣😄😁
⁣
Sebenernya sudah dari bulan yang lalu mengajak 'si ayah' untuk menemani jalan pagi. Tapi selalu ditolak.. Alasannya nambah tidur di hari kerja itu sungguh menyenangkan dan sangat berharga..haha.. Ya sudahlah yaaa.. Kasihan juga karena beban kerjanya di masa pandemi ini lebih berat dan lebih panjang. Karena tidak ada jam kerja yang jelas seperti saat di kantor dulu. Bahkan bisa mulai dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Belum lagi terkadang harus lembur juga sampai malam. Makanya, saat jalan kaki kali ini selalu dilaksanakan sendiri dan tidak mencoba mengajaknya sekali pun.. Tapi saat tidak diajak seperti ini, tampaknya lebih menarik hatinya untuk ikutan. Tapi memang kalau disuruh itu, lebih males aja bawaannya..hihi..⁣
⁣
Jadi dengan ini, terbuktilah bahwa untuk mengubah hati seseorang itu..tak perlu banyak kata.. cukup contoh nyata.. aseek..⁣
⁣
Btw, rute kali ini kita melewati danau dan terus keluar dari area perumahan. Pemandangan yang berbeda tentunya dari kemaren. Kali ini kita melewati sekolah yang ternyata sedang didatangi beberapa orang siswanya. Sepertinya sedang ada tugas praktik. Ada bapak-bapak yang menyabit rumput, pos keamanan warga dan warung-warung yang berjejer..Sudah tampak sibuk sepagi itu..⁣
⁣
Dan sebelum sampai di rumah, seperti dugaan..'si ayah' pun melipir ke tempat sarapan.. Sepertinya tidak afdol kalau jalan pagi tak diisi dengan jajan..hihi.. ⁣



Dan kali ini jarak yang kita tempuh adalah 2,43 km selama 41 menit.

Hari ke-4

Hari ke-4 ini masih ditemani 'si ayah' yang akhirnya membuat saya menambah tujuan jalan kaki ini, bukan hanya demi mencari matahari dan keringat, tapi demi mencari sarapan, haha.. Yaa..itung-itung demi keseimbangan hidup, seperti halnya output yang harus dibarengi dengan input yang cukup.  Hal yang menyenangkan memang. Karena saat sampai di rumah lagi, kita bisa langsung mengisi perut yang biasanya sudah mulai terasa lapar. Oiya, hari ke-4 ini saya terpilih menjadi postingan #tanoswalkingchallenge favorit. Yihaaa..



Perjalanan kali ini ditempuh sejauh 2,19 km dan selama 41 menit.

Hari ke-5

Sudah hari kelima dan masih bersama 'si ayah'. Rute yang kita tempuh kali ini adalah jalur utama perumahan tapi melipir sedikit ke jalur sampingnya. Jadi tetap berbeda dengan hari kedua. Kali ini saya lebih banyak mengambil foto rambu-rambu di sepanjang jalan. Dan menyadari bahwa keberadaan rambu itu sendiri seperti layaknya hidup kita. Kita bebas memilih jalan kita sendiri, tapi janganlah lupa untuk mengikuti jalur yang benar, dan dengan aturan dan batasan yang ada. Karena bebas bukan berarti tak ada batas..

Kali ini kita menempuh 3,06 km selama 51 menit.

Hari ke-6

Akhirnya setelah hari ke-6 ini, kita berhasil memulai perjalanan sebelum matahari terbit. Matahari belum muncul dan lampu jalan pun masih menyala. Jalan kaki kali ini juga terasa lebih santai karena dilakukan hari Sabtu, jadi kita tidak harus buru-buru sampai di rumah untuk menemani Qina belajar online atau pun si ayah yang harus mulai kerja.

Dan kita juga berniat untuk berjalan lebih jauh. Untuk rute perjalanan, kita juga melewati beberapa tempat yang baru. Bahkan saat kita keluar dari area perumahan kita juga menemukan peternakan kambing dan sapi yang cukup besar di antara pemukiman yang juga padat. Saya tidak menyangka bisa menemukan peternakan di sini.⁣
⁣
Setelah itu kita menuju area di ujung perumahan, yang disana terdapat sungai dan persawahan. Yang cukup menarik hati saat itu adalah di sana kita menemukan rumah dengan kaca-kaca besar sekelilingnya, yang dibangun menghadap sungai dan matahari terbit. Bisa dibayangkan, betapa indahnya pemandangannya setiap paginya ya..priceless..


Perjalanan ini kita tempuh sejauh 3,97 dan selama 1 jam 12 menit. Wow..lebih dari satu jam kali ini..

Hari ke-7

Bertolak belakang dengan hari kemaren, kali ini kita memulai jalan kakinya sedikit siang, karena harus ke pasar dulu sebelumnya. Tapi, walaupun agak kesiangan, tapi tetap semangat.. Apalagi Qina juga ikut kali ini, akhirnya pasukannya sudah lengkap.. Yeaay..

Rute yang kita pilih kali ini adalah melewati jalur pinggir danau. Ada dua danau di sini dan cukup membuat kita berkeringat, bahkan sekalian bisa mandi sinar matahari untuk kecukupan vitamin D hari ini. ⁣

Karena kali ini jalan kakinya bersama Qina, si anak SD kelas 3 ini, sepanjang jalan kadang kita menyelipkan beberapa pembelajaran. Contohnya kita berhenti sejenak ketika melihat ada putri malu di sana. Mencoba menyentuhnya dan belajar bagaimana si putri malu ini peka terhadap rangsangan. Selain itu, kita juga belajar tentang proses terjadinya hujan. Bagaimana air dari danau ini naik ke atas dan menjadi awan yang nantinya akan menjadi hujan.  

Dan jalan kaki kita kali ini ditempuh sejauh 1,48 km selama 28 menit. 

Begitulah tantangan jalan kaki selama 7 hari penuh ini. Alhamdulillah sudah berhasil saya laksanakan tanpa bolos. Ini tentu bukan akhirnya ya, tapi adalah awal dari pembentukan kebiasaan baru. Bahkan para penggagas tanos, kak renov dan kak efila pun melanjutkan tantangan ini dengan tetap melakukan kebiasaan ini minimal satu kali seminggu. Tetap dengan cara berjalan minimal 20 menit dan upload di instagram baik di feed atau pun story dengan tagar #tanoswalkingchallenge, lalu tag akun kak renov dan kak efila ya.. Yuk..siapapun boleh ikut ya.. Kamu juga..

 


Yuk..kita hilangkan kemageran dan bersama ramaikan kebiasaan sehat ini..


  • 2 Comments
Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman sempat berbagi cerita tentang bagaimana pola pengaturan keuangan di keluarganya masing-masing. Dan dari saling berbagi cerita inilah diketahui bahwa kita semua punya caranya masing-masing  untuk mengatur keuangan keluarga. Mulai dari siapa yang berperan besar untuk mengatur keuangan, cara perencanaan pengeluaran, dan juga bagaimana mengatur tabungan. Semua itu bisa sangat berbeda di setiap keluarga. Hal ini tentu dilatarbelakangi juga oleh kebiasaan pribadi masing-masing orang, atau mungkin itu adalah hasil keputusan bersama antara suami dan istri. Dari obrolan itulah kita bisa saling belajar dan mengambil ide yang mungkin cocok diaplikasikan di keluarga masing-masing. Dan akhirnya terpikirkan juga untuk berbagi di sini, siapa tahu bisa menjadi ide juga bagi yang lain.

source : freepik
Photo created by jcomp - www.freepik.com

Untuk kita sendiri, bisa dibilang pengaturan keuangan diketahui dan diatur bersama oleh saya dan suami. Baik itu saat saya masih berpenghasilan dulu atau pun sekarang setelah menjadi ibu rumah tangga. Dulu uang saya dan suami digabung, setelah itu barulah kita atur pembagian dan peruntukannya. Begitupun sekarang, walaupun hanya berasal dari gaji suami saja, tapi tetap kita atur dan rencanakan bersama. Berikut ini adalah beberapa langkah dan hal yang mendasar yang kita terapkan agar pola aliran keuangan bisa terencana dan berjalan baik.. 

Mengetahui dan menghitung kebutuhan keluarga

Untuk membuat pengaturan itu sendiri, langkah pertama yang perlu diketahui adalah seberapa besar sih kebutuhan kita. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan bulanan, tahunan, jangka panjang dan kebutuhan tambahan. Kebutuhan bulanan itu misalnya kebutuhan pokok harian, sedekah, uang kontrakan atau cicilan, transportasi, dan tabungan. Kebutuhan tahunan misalnya zakat, pajak kendaraan bermotor, PBB, dan service kendaraan. Kebutuhan jangka panjang bisa berupa uang pendidikan anak, tabungan umroh dan haji, ataupun perawatan rumah. Untuk kebutuhan tambahan ini biasanya bersifat tak menentu, seperti liburan, pulang kampung, ataupun membeli perabotan rumah.

Intinya, kita hitung dulu semua kebutuhan itu agar bisa membuat perencanaan dan pembagiannya. Untuk proses penghitungan pengeluaran bulanan dapat dilakukan dengan cara mencatat semua pengeluaran selama sebulan penuh. Hal ini bisa diulangi lagi selama dua sampai tiga bulan, agar diketahui pola pengeluaran yang lebih tepat dan mendekati. Setelah itu, pelajarilah cara kita membelanjakan uang, apakah sudah tepat, atau masih berlebihan dan masih bisa diperketat misalnya.

Selain pengeluaran bulanan, kita juga perlu menghitung pengeluaran tahunan ataupun jangka panjang. Untuk pengeluaran tahunan ini, selanjutnya bisa dibagi untuk menjadi pengeluaran bulanan. Artinya, setiap bulan kita menabung atau menyisihkan dana untuk kebutuhan tahunan tersebut. Hal ini tentu lebih memudahkan dan terencana, sehingga disaat nanti dibutuhkan, kita tidak kaget lagi ketika membutuhkan dana yang cukup besar tersebut.

Setelah semua dihitung, kita bisa membuat persentasenya. Dari sana bisa dilihat, bagaimana pola pengeluaran kita selama ini. Hal ini bisa dibantu dengan membuat persentase pengeluaran, dengan membagi ke beberapa bagian, misalnya cicilan, pengeluaran pribadi, dapur, pendidikan, atau pun piknik. Piknik ini contohnya adalah wisata keluarga termasuk jalan-jalan ke mal atau kebutuhan nongkrong di coffee shop misalnya, yaa..bisa dibilang pengeluaran bersenangsenangnyalah. Karena itu tentu bagian dari kebutuhan juga bukan?

Setelah melihat pengeluaran secara menyeluruh inilah, kita bisa melihat kenyataan kemana uang itu dihabiskan. Dan hal inilah yang bisa membantu kita untuk lebih mengupayakan perencanaan yang lebih ketat misalnya. Karena kita bisa terbantu untuk menentukan prioritas dan kebutuhan masa depan.  Dan jangan lupa, bahwa hal terpenting di sini adalah untuk menetapkan prioritas dan selalu berada di jalur yang aman, yaitu tetap sesuai anggaran dan mengatur gaya hidup tanpa melebihi pemasukan.

Memiliki beberapa rekening

Setelah pengeluaran diketahui, langkah selanjutnya adalah menempatkan pemasukan itu ke dalam posnya masing-masing. Dalam hal ini ada beberapa hal yang saya lakukan. Salah satunya adalah dengan menggunakan beberapa rekening. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan, tidak membingungkan dan melatih kedisiplinan. Karena, kalau uang itu berada dalam satu tempat, akan sulit melihat masuk dan keluarnya dana. Beberapa pos yang bisa ditempatkan di rekening berbeda contohnya adalah dana pendidikan anak, tabungan, tabungan haji dan umroh, dan perawatan rumah.

Memisahkan kebutuhan tahunan

Selain penempatan di beberapa rekening, untuk pengeluaran yang lain bisa ditempatkan di amplop yang berbeda, apalagi untuk kebutuhan tahunan. Seperti contohnya, zakat dan sedekah, pajak dan service kendaraan, bahkan juga tabungan kurban. Jadi bukan hanya pengeluaran bulanan saja yang dipisahkan setiap bulannya, tapi juga pengeluaran tahunan. Secara sederhananya, besaran pengeluaran tahunan itu dapat dibagi dua belas, dan hasilnya itulah yang kita sisihkan setiap bulannya. Dana yang disihkan itu bisa ditempatkan di masing-masing amplop. Cara ini tentu memberikan kemudahan serta terasa lebih meringankan, karena uang yang disisihkan terasa tidak terlalu besar bukan?

Selesaikan hutang

Walau dalam bentuk apapun, hutang selalu memberikan efek yang kurang baik kepada kita, karena menempatkan kita sebagai pihak yang dikejar. Di saat awal pernikahan dulu, kita masih merasa berhutang adalah hal yang wajar apalagi di bank. Untuk membeli rumah atau pun mobil, rasanya tidak mungkin jika tidak menggunakan jasa bank. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, kita berdua tersadarkan bahwa hutang seperti itu bukanlah jalan yang tepat karena termasuk ke dalam riba. Akhirnya, kita berdua berniat untuk melunasinya. Saat itu tidak terbayang untuk melunasi dengan cara apa. Hanya saja saat itu kita sangat berniat kuat untuk melunasinya. Dan alhamdulillah, di saat ada kesempatan untuk bisa melunasi mobil lebih cepat, kita diberikan kemampuan untuk itu. Yang jika dimatematikan secara akal manusia, rasanya tidak mungkin bisa. Entah bagaimana, Allah memberikan rezeki untuk itu. Entahlah, sampai saat ini pun saya masih tidak bisa menjelaskannya. Tapi yang pasti, terasa Allah begitu memudahkan dan memberi jalan saat kita berniat untuk melunasi hutang. Untuk selanjutnya semoga Allah menjauhkan kita dari berhutang. Aamiin..

Menabung untuk "keinginan"

Kebutuhan dan keinginan itu berbeda bukan? Walaupun bukan hal yang pokok, namun keinginan seringkali menjadi hal yang penting untuk dipenuhi. Sehingga akhirnya keinginan itu pun menjadi pengeluaran tambahan. Apa saja sih yang termasuk keinginan? Beberapa di antaranya adalah liburan, kebutuhan rumah serta hobi. Kebutuhan rumah ini contohnya membeli dekorasi rumah, atau printilan kebutuhan rumah lainnya. Tentu setiap orang punya keinginan yang berbeda, untuk itu bisa disesuaikan menurut keinginan masing-masing orang.

Nah, untuk beberapa hal yang bisa dikategorikan sebagai keinginan ini, kita  bisa menganggarkannya dengan cara menabung. Salah satu cara menabung yang dapat dilakukan adalah dengan membuat celengannya masing-masing. Dan saya rasa ini adalah bagian keseruannya. Karena kita bisa merasakan celengan yang sedikit demi sedikit bertambah dikala kita membayangkan keinginan itu dicapai.

Dan kebiasaan ini pun bisa ditularkan ke anak. Jadi saat si anak punya keinginan tertentu, misalnya ingin membeli mainan, maka kita bisa mengajarkan untuk bersabar dan menabung untuk mendapatkan keinginannya tersebut. InsyaAllah si anak pun bisa lebih menghargai mainannya tersebut bukan?

Demikianlah beberapa cara yang saya terapkan dalam pengaturan keuangan keluarga. Mungkin bukan pengaturan keuangan ala ahli ekonomi tapi semoga memberikan ide dan manfaat bagi yang membacanya ya..

  • 1 Comments
Dunia maya adalah bagian yang mungkin tidak terpisahkan dari keseharian masyarakat modern sekarang ini. Bahkan sepertinya tidak ada yang tidak punya akun di sosial media seperti  facebook, twitter ataupun instagram. Youtube pun menjadi alternatif wajib untuk mencari berbagai video yang diperlukan atau pun yang tidak diperlukan. Bahkan televisi yang dulunya sebagai pusat hiburan dan informasi pun pelan-pelan sudah terpinggirkan.



Telepon genggam dengan internet  tentu sudah menjadi barang wajib. Bagaimana tidak? Hanya dalam satu genggaman, bahkan sambil rebahan, jempol pun bisa membawa kita berselancar untuk menemukan informasi dan melakukan apapun sesuai keinginan. Semua kemudahan itu tentu memanjakan namun juga bisa membahayakan. Karena penggunaan sosial media yang tidak sehat, dan dengan begitu banyaknya pemakai yang tidak bertanggung jawab bisa memicu kejahatan seperti penipuan bahkan cyber bullying. Bahkan tdak jarang, sosial media pun menjadi awal depresi dan permasalahan psikologi lainnya.

Maka dalam tulisan kali ini, saya mencoba memberikan beberapa pendapat mengenai hal ini. Bukan hal baru, tapi mungkin ini terlupakan di saat berselancar di dunia maya. Yuk, kita cek lagi, siapa tahu sedikit terlupakan..

Manajemen waktu

Untuk hal yang satu ini sering sekali menimbulkan penyangkalan. Sebagian orang merasa belum terlalu lama bermain hp. Namun, apakah memang begitu? Untuk contohnya saja, saat kita membuka instagram. Pada awalnya memang hanya cek stori, dilanjutkan dengan timeline, memberi komen dan like. Setelah itu mengecek video yang viral dan lanjut membaca komen. Itu baru melihat postingan orang lain. Belum lagi postingan sendiri, dimulai dengan pemilihan foto, edit dan menulis caption yang dirasa pas. Ini pun bukan perkara sebentar. Belum lagi bila menonton youtube misalnya. Satu video saja rata-rata 5-15 menit.

Untuk itu, cobalah sesekali dicek berapa lama pemakaian hp per hari untuk keperluan dunia maya ini.  Beberapa aplikasi bisa digunakan untuk mengetahui hal ini salah satu contohnya adalah family link. Bahkan aplikasi ini juga bisa digunakan untuk mengatur pemakaian gadget pada anak.

Setelah kita mengetahui track record penggunaan gadget ini, kita bisa menilai apakah dengan waktu segitu, sepadan dengan jatah 24 jam kita sehari. KIta juga bisa mengetahui berapa persen waktu yang ingin diluangkan untuk kebutuhan dunia maya ini ? Atau apakah kegiataan ini tidak mengganggu kewajiban yang lain? Setelah itu, semoga bisa menjadi guide agar tidak terlena dan kebablasan.

Pengendalian psikologi manusia

Kesenangan bersosial media mungkin diawali oleh hadirnya like dan komentar yang menyenangkan hati. Pujian yang berdatangan tentu meningkatkan mood dan menjadikannya selalu ada harapan untuk mendapatkan like dan komentar yang positif di setiap postingan. Akhirnya muncullah postingan yang hanya menghadirkan indah dan kesempurnaan saja. Bukan berhenti di sana saja, kita pun menjadi sering membandingkan diri dengan orang lain. Akhirnya, kita menjadi lupa bahwa kita terjebak sebagai pencari pengakuan.

Selain itu, konten yang dihadirkan di sosial media tidaklah selalu positif. Bahkan sangat banyak yang memancing emosi. Terkadang kita merasa seperti dibawa ke dalam roller coster.

Emosi pun naik turun hingga kita lupa bahwa kita terjebak di dalamnya seperti dunia mimpi yang menyesakkan dada. Akankah kita akan terjaga atau terus tenggelam di dalamnya?

Dunia maya tak ubahnya dunia nyata

Kehadiran dunia maya memang memudahkan. Kita tak perlu bertemu muka untuk bertegur sapa. Bahkan dengan para selebriti pun sudah sangat mudah untuk berkomunikasi. Tidak seperti dahulu yang harus berkirim surat untuk mendapatkan tanda tangan dan foto. Saat ini kita bisa stalking siapa saja dan berkomentar di setiap posting-annya.

Tapi inilah akhirnya yang membuat maraknya komentar yang asal nyablak bahkan cenderung kejam. Kekejaman para netizen sudah bukan hal yang baru lagi. Bahkan, panasnya kolom komentar bisa membuat depresi orang yang menjadi korbannya. Beberapa kali kita bisa menyaksikan berita yang tidak mengenakkan soal ini.

Saya sudah coba memikirkan hal ini dari lama soal mengapa orang-orang dengan mudahnya berkata yang tidak pantas di dunia maya. Dan menurut saya ini adalah karena dua poin utama yaitu mereka tidak mengenal saya dan mereka tidak melihat saya. Yaa... itu semua karena mereka ada di dunia maya. Dunia mimpi yang bisa kita keluar darinya ketika kita terjaga.

Tapi benarkah demikian? Jawabannya adalah tentu tidak. Dan inilah hal besar yang sering terlupakan..

Karena sesungguhnya dunia maya tak ubahnya dengan dunia nyata.

Kehadiran dunia maya memang bisa menghapus kehadiran fisik. Tapi konteksnya di sini tetaplah sama. Di saat kita berkomentar, yang kita lakukan tak ubahnya berkomentar pada seseorang di tengah masyarakat ramai. Bayangkan saja tempat ramai seperti di pasar.

Sebagai contohnya saja, apakah kita sanggup berkata kasar di saat orang lain memberikan tutorial yang dia harapkan membantu namun mungkin eksekusinya tidak sempurna misalnya. Jika di dunia maya mungkin muncul komentar seperti keahlian anak tk, tidak pantas ada di situ, kucing saya lebih baik daripada dia ataupun menghabiskan waktuku saja. 

Tapi ketika orang tersebut ada di hadapan kita, apakah kita masih sanggup berkomentar seperti itu? Bisakah kita membayangkan ekspresinya saat kita berkata kasar? Dan bagaimana kira-kira yang dipikirkan oleh orang-orang di sekitar yang menyaksikan. Tentu mereka akan berpikir kita aneh dan tidak sopan. Tentu kita pun akan malu bukan?

Begitulah adanya di dunia nyata dan seharusnya berlaku juga di dunia maya. Inilah yang mungkin sering kita lupakan.

Ketahuilah, ketika kita berani bicara kasar hanya karena kita tidak terlihat dan merasa aman di balik tembok yang tinggi, bukankah kita hanyalah bagian dari seorang pengecut?

Maka tetaplah terjaga walau kita berada di dunia maya. Dan mulai berinteraksi kembalilah dengan dunia nyata agar kita tidak lupa. Berkumpul dengan teman dan keluarga untuk berbicara dan tertawa bersama. Ataupun mungkin melakukan hobi yang dulu sempat tertunda.

Demikian posting-an kali ini, semoga kita semua tidak lupa untuk selalu sehat, baik di dunia maya ataupun nyata kita.. Dah..





 .













  • 5 Comments
Untukku, kamu, kita..


Pada suatu waktu, datanglah makhluk kecil yang tak kasat mata. Konon kabarnya bermahkota. Dia datang dan merajai seluruh penjuru dunia. Negara yang adikuasa pun luluh lantak tak berdaya. Negara kita bagaimana? Dulu masyarakatnya bisa bercanda, menyebut diri kebal karena sudah terbiasa dengan kekumuhannya. Tapi tak lama, kenyataan pun menyergap mereka. Si mahkluk kecil itu pun menunjukkan kuasanya. Kita pun tak bisa apa-apa..

Wahai manusia yang penuh logika, apakah ini bisa kau jelaskan dengan akalmu? Satu-satunya kesadaran logika yang bisa kumengerti adalah, kita hanyalah makhluk lemah tak berdaya. Tak perlu raksasa besar, cukup makhluk kecil yang tak kasat mata. Kita pun seketika tak bisa apa-apa. Sesungguhnya manusia tak punya kuasa. Karena jika Allah berkehendak, maka dengan mudah Dia akan menjadikannya dalam sekejap mata.


Cobalah lihat sekarang, tak butuh waktu lama, dunia pun mendadak sepi hilang keriuhannya. Jalanan yang biasa kau ributkan oleh kemacetannya, Allah lancarkan. Langit biru yang kau tutupi dengan kabut polusimu pun Allah tampakkan. Para traveller yang biasa terbang bebas kemanapun, tiba-tiba tak bisa apa-apa. Passport kebanggaan pun hanya diam bisu di dalam laci meja. Pusat perbelanjaan yang tak pernah sepi pun menutup aktifitasnya. Sekedar kegiatan minum kopi dan berkumpul dengan teman-teman pun Allah tiadakan. Sekolah dan perkantoran yang biasa ramai dan sibuk pun mulai di-online-kan. Hubungan manusia yang tanpa batas pun Allah jauhkan. Keriuhan sorakan nyanyianmu di tengah konser pun Allah diamkan. Kehidupan duniamu yang begitu sibuk dan gemerlap, Allah redupkan.

Begitulah Allah memberimu jarak pada dunia. Begitulah Allah memberimu jarak pada kesenanganmu. Bukan perkara sulit bagi-Nya. Hanya lewat makhluk kecil tak kasat mata, Allah tampakkan kuasa-Nya. Sekali lagi, Allah mengingatkan bahwa kita sungguh lemah dan tak berdaya. 

Tak cuma sampai di situ, bahkan Allah memberimu jarak pada rumah sucinya. Masjid pun tak bisa kau bersujud berjamaah di dalamnya. Kemana lagi kau langkahkan kaki untuk merasa paling dekat untuk meminta? Bahkan tanah suci pun Allah kosongkan. Sembahan jutaan manusia seketika Allah tiadakan. Karena sesungguhnya Allah tak butuh itu semua. Jangan salah mengira! Allah tak butuh sembahan makhluk-Nya. Tidak, sungguh tidak. Itu kebutuhan kita para manusia lemah yang tak bisa apa-apa. Kitalah para manusia yang hanya butuh meminta dan memohon kepada-Nya. Kitalah para manusia yang butuh untuk percaya dan berserah.


Maka, dari dunia kecilmu di sana, sudahkah kau percaya kepada Sang maha Penguasa? Apakah masih bisa kita berkelakar tentang agama? Apakah masih bisa kita menganggap agama itu milik orang lama? Apakah masih bisa kau bilang zamanmu zaman kecerdasan intelektual hingga agama sudah terlalu kuno untuk ikut serta? 

Maka, dari dunia kecilmu di sana yang tak bisa kemana-mana. Apakah kau masih sibuk menyusun rencana besarmu setelah ini berakhir tapi lupa bahwa bisa saja kau berakhir sebelum itu menjadi nyata.

Maka, ketika Allah memberimu jarak pada dunia, apakah jarakmu pada-Nya masih tetap sama?!

.
. 
. 
Jangan.


  • 2 Comments
Beberapa waktu ini, dunia seperti berputar pada makhluk kecil yang tak kasat mata yang bernama Corona. Belakangan ia lebih dikenal dengan nama Covid-19. Berbagai postingan bertebaran di dunia maya. Artikel dan teori berseliweran silih berganti. Entah itu benar atau pun salah, sudah hampir sulit dibedakan.




Indonesia yang awalnya seperti kebal akan makhluk yang satu ini pun seperti tersadarkan bahwa ternyata kita tak sekuat itu. Jumlah korban pun seperti menanjak pesat dalam beberapa hari. Orang-orang mulai resah. Sebagian dari mereka ada yang berbondong-bondong membeli persediaan makanan, masker dan hand sanitizer. Dan akhirnya stok pun kosong dimana-dimana.

Tidak lama setelahnya, sekolah-sekolah pun diliburkan. Walaupun di antaranya menjadikan kesempatan ini untuk berlibur. Sangat disayangkan memang. Tapi sebagian besar lainnya sudah mulai sadar akan pentingnya mengisolasi diri, atau cukup berkegiatan di rumah saja. Alhasil, hampir semua tempat menjadi sepi. Dan dunia pun seperti berisirahat dari hiruk pikuk penghuninya.

Selain tetap mengisolasi diri, ada beberapa pencegahan penularan yang bisa kita terapkan, di antaranya adalah :
  • Mencuci tangan dengan air dan sabun. Jika tidak dalam kondisi tersedia air, bisa menggunakan hand sanitizer. 
  • Memakan makanan yang bergizi agar imunitas tubuh tetap kuat. Bahkan rempah-rempah dapur seperti kunyit, jahe, cengkeh dan lainnya juga sangat baik untuk meningkatkan imunitas kita. Air rebusannya pun bisa ditambahkan madu agar lebih mantap khasiatnya.
  • Memakai masker, apalagi saat batuk dan bersin. Penggunaan masker pun bisa menghalangi kita dari kebiasaan menyentuh wajah yang bisa menjadi sumber penularan yang tidak disadari.
  • Beristirahat yang cukup
  • Terpapar sinar matahari khususnya matahari pagi
  • Terakhir, janganlah panik atau pun stress.
Beberapa cara pencegahan di atas, dirasa bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun yang menjadi kendala saat sekarang ini adalah penggunaan masker. Stok dimana-mana sudah kosong, bahkan kalaupun ada harganya sangatlah mahal. Oleh karena itu, saya pun mencoba untuk membuat masker sendiri. Mungkin tidak seefektif masker kesehatan yang lain, tapi paling tidak bisa mengurangi kemungkinan penularan sekaligus mengamankan wajah dari kebiasaan memegang wajah sendiri. 

Bahan dan caranya tidak terlalu sulit. Berikut ini saya akan memberikan tutorialnya, mulai dari pembuatan pola sampai proses penjahitannya. Untuk contoh masker yang saya buat ini adalah untuk ukuran anak-anak ya.. Untuk pola dewasa akan saya sertakan link yang bisa didownload nantinya.. Cek pada tulisan di bawah.
Okee..mari kita mulai..

 Bahan

  • 2 lapis kain utama (katun)
  • 1 lapis kain pelapis (katun)
  • Kertas pola
  • Karet elastis, 2 x 18 cm
  • Benang

 Cara Membuat 

    Pertama, buatlah pola baik secara manual atau pun dengan men-download pola yang sudah disediakan. Untuk contoh pola secara manual ini, memakai pola untuk anak-anak ya.. Langkah pertama, sediakan kertas ukuran 11,5 cm x 10 cm.
      
       
    Setelah itu, buatlah garis bantu pola dengan menarik garis dari titik-titik seperti di gambar di bawah ini. Jarak titik-titik tersebut adalah dalam skala centimeter.

     
    Setelah itu buatlah garis yang sedikit melengkung pada garis lurus yang telah dibuat sebelumnya. Garis lengkung ini berguna untuk membuat pola masker menjadi alami dan lebih cantik. Beberapa garis lengkung tersebut tidak selalu sama. Pola lengkungannya bisa dilihat pada gambar dibawah ini ya..  

     
    Tahap selanjutnya adalah menggunting pola dengan mengikuti garis lengkungan tersebut. Dan tadaaa...polanya pun sudah jadiii... Gampang kan? 

     
    Dan jika ingin membuat pola dengan ukuran yang lain, bisa menggunakan pola yang seperti di bawah ini. Silakan di-download di pola masker anak ataupun pola masker dewasa ya.. dan jangan didownload dari gambar di bawah ini ya.. 
      Pola Anak

    Pola Dewasa





      Setelah pola sudah didapatkan, langkah selanjutnya adalah memindahkan pola ke kain. Saya menggunakan dua kain utama dan satu kain pelapis. Masing-masingnya berukuran kira-kira 30 x 13 cm. Kain-kain tersebut dilipat dua, lalu letakkan pola pada lipatan kainnya. Lakukan tracing mengikuti pola. Guntinglah kain dengan memberi jarak 1 cm melebihi pola. 

    Setelah itu, jahitlah semua lapisan utama dengan menghadap bagian dalam pada lengkungan depan seperti pada gambar di bawah. Begitu juga dengan lapisan dalam.  Selanjutnya, tekanlah kain sisa jahitan yang berukuran lebar 1 cm tersebut dan jahit mengikuti garis lengkungannya agar masker tampak lebih rapi. Proses tersebut juga berlaku pada kain untuk lapisan dalam.


    Selanjutnya, jahit lapisan dalam dan luar dengan posisi sisa jahitan mengarah keluar. Pola jahitan seperti dtunjukan pada gambar di bawah ya.. Jadi tetap menyisakan bagian terbuka pada bagian sampingnya. Lewat bagian yang terbuka itulah kain bisa dibalik sehingga bagian yang rapi bisa menghadap keluar. Selanjutnya, bagian pinggir yang terbuka itu dijahit dengan melipatnya ke bagian dalam terlebih dahulu. Setelah rapi, lipat dan jahitlah untuk tempat karet elastis bisa dipasang. Untuk memudahkan, karet elastis bisa ditempatkan di dalam lipatan terlebih dahulu.


    Setelah selesai proses jahit - menjahit, karet elastis tersebut bisa langsung diikat. Dan agar tampak rapi, bagian ikatan bisa ditarik dan ditempatkan pada bagian dalam kain.


    Nah, sampai di sini selesai sudah pembuatan masker kainnya. Cantik dan mudah bukan? 


      
    Demikian tutorial kali ini, semoga bermanfaat dan kita semua selalu dalam keadaan sehat ya... Stay safe Indonesia..


    • 2 Comments
    Tulisan ini sendiri sesungguhnya adalah tulisan yang tertunda sejak akhir tahun kemaren. Ide yang muncul karena liburan sekolah anak yang ternyata lumayan panjang, namun kita sekeluarga merasa sudah capek duluan memikirkan keramean dan kemacetan di luar sana. Belum lagi harga tiket atau pun akomodasi yang menjadi mahal karena peak season. Akhirnya, dengan hanya bermain di GoWet! pada awal liburan, kita pun menghabiskan sisanyanya di rumah saja. Tetapi, walaupun tidak kemana-mana, bukan berarti tidak seru ya. Berbagai kegiatan yang menyenangkan bisa dilakukan bersama anak, bahkan hal ini tentu bisa mendekatkan hubungan kita bersama anak.

    Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan yang saya dan Qina lakukan saat liburan kemaren.

    ART AND CRAFT

    Beberapa kegiatan seperti bebikinan, menggambar atau pun sekedar mewarnai tentu tidak jauh dari dunia anak-anak. Tapi melakukannya bersama dan memberikan pilihan tidak hanya sebatas kertas gambar tentu lebih menyenangkan bukan? Salah satu kegiatan kita saat itu adalah mewarnai miniatur rumah yang dulu pernah dibuat oleh kakak saya. Dan tadaaa...rumahnya pun terasa lebih menarik sekarang.



    MEMASAK

    Memasak memang salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Bahkan Qina sendiri katanya bercita-cita ingin menjadi koki. Beberapa kali kesempatan di saat saya sedang memasak, dia datang dan ingin ikut serta membantu. Jadi akhirnya saat liburan kemaren, saya mencoba beberapa menu yang memungkinkan Qina ikut serta lebih banyak. Salah satunya adalah membuat pizza. Selain memang menyukainya, proses memasaknya pun menyenangkan bagi anak-anak.


    Selain pizza, kegiatan memasak lainnya yang bisa dicoba adalah membuat bakso, kukis, bola-bola coklat bahkan hanya sekedar mengocok telur pun sudah menyenangkan baginya. Jadi walaupun pekerjaan menjadi lambat namun mendapatkan hal yang menyenangkan di sana tentu tak kalah penting bukan?

    BERKEBUN

    Coba ingat masa kita kecil dulu, bermain tanah itu menyenangkan bukan? Tentu pada dasarnya hal itu tidak jauh berbeda dengan anak zaman sekarang. Hanya saja media dan kesempatannya yang sudah tidak sebanyak masa saya kecil dulu. Hal itu terbukti saat saya mengajak Qina berkebun. Bahkan taman yang tidak terlalu besar  itu pun, dengan semangat dibersihkan dari rumput liar. Selain itu dia pun semangat membantu menanam dan menyiram bunga.


    BERMAIN SAMBIL BELAJAR

    Beban akademik anak pada zaman sekarang memang relatif berat dibandingkan saat saya kecil dulu. Seperti Qina yang saat sekarang ini masih kelas dua SD tapi sudah dihadapkan pada perkalian, pembagian bahkan dengan soal cerita. Sedangkan saya dulu masih tidak jauh-jauh dari keluarga Ibu Budi. Tentu kenyataan pada saat sekarang ini tidak bisa dihindarkan. Yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan materi pelajaran itu dengan tetap mengedepankan konsep yang menyenangkan bukan tekanan agar si anak tidak stress.

    Sehingga saat liburan kemaren, tetap diselipkan dengan kegiatan belajar yang tersembunyi di balik topeng bermain. Salah satunya adalah belajar tentang uang dengan bermain jual-beli. Konsep tentang uang kembalian masih sulit dipahami Qina saat itu, apalagi kalau hanya lewat media buku tulis. Tapi ketika dihadapkan dengan jual beli asli tapi palsu itu, pemahamannya tentu lebih mudah dicerna. bahkan permainan itu pun berakhir lama karena Qina tidak mau berhenti memainkannya.

    DECLUTTERING

    Decluttering saat liburan sebenarnya adalah waktu yang pas untuk dilakukan, karena tidak terpotong kegiatan antar jemput misalnya. Karena kegiatan ini butuh waktu yang panjang, bukan karena beberesnya tapi lebih kepada kegiatan memorinya alias menelusuri kenangan-kenangan pada barang-barang tersebut. Contohnya saat kemaren mengajak Qina untuk beberes meja dan buku-bukunya. Melihat buku-bukunya saat TK atau pun saat kelas 1 kemaren terasa sangat mengasyikkan. Bahkan gambar-gambarnya saat itu pun masih sangat lucu.

    Kegiatan ini juga bisa menyenangkan loh. Qina pun semangat mengelap mejanya, menyapu dan menyusun bukunya kembali. Dan barang yang tidak diperlukan pun dipilah untuk dibuang. Memang bukan hal yang gampang untuk membuang sesuatu ya.. Bahkan dengan dalih sayang dibuang, dan akhirnya menumpuk tak berguna. Lama-lama, menjadi penuh dan berantakan bukan?



    Akhirnya, setelah beberesnya selesai dan tertata rapi, Qina pun senang dan langsung menggunakan mejanya kembali. Padahal sebelumnya susah sekali untuk digunakan karena barangnya sudah menumpuk di sana.



    Nah, demikianlah cerita liburan kita. Tak perlu kemana-mana untuk merasa senang. Cukup di sini, di rumah kita dan ciptakan kesenangan kita sendiri..

    Enjoy your time..!!
    • 0 Comments

    About Me



    Hi.. I'm Vivi Machzery

    Indonesian. Full time mom who love sewing and crafting. Simply living a happy life with my husband, ismail, and my daughter, Qina, as a cochlear implant user.
    Enjoy your visit here.. thank you..

    Contact me on machzery@gmail.com

    Follow Us

    • instagram
    • facebook
    • twitter

    Labels

    • Blogging
    • Books
    • C'est la vie
    • Cochlear Implant
    • DIY Project
    • Lifestyle
    • My family
    • My kitchen
    • Qina's diary
    • Sewing Project
    • Side story
    • Thoughts
    • Travelicious
    • Wordilicious

    Community

    1minggu1cerita

    Arsip Blog

    • ►  2024 (6)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2023 (8)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (1)
      • ►  Maret (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2022 (9)
      • ►  Desember (1)
      • ►  November (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2021 (12)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (1)
      • ►  Mei (2)
      • ►  April (1)
      • ►  Maret (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ▼  2020 (8)
      • ▼  November (1)
        • Bisa Jadi Kamu pun Kekurangan Vitamin D
      • ►  Oktober (1)
        • Santai dulu, jeda sejenak..
      • ►  September (1)
        • Memulai Kebiasaan Lewat Tanos Walking Challenge
      • ►  Agustus (1)
        • Manajemen Keuangan Keluarga
      • ►  Juni (1)
        • Hal Yang Mungkin Terlupakan Di Dunia Maya
      • ►  Mei (1)
        • Ketika Allah Memberimu Jarak Pada Dunia
      • ►  Maret (1)
        • Cara Membuat Pola dan Menjahit Masker Sendiri
      • ►  Februari (1)
        • Mengisi Liburan Bersama Anak di Rumah
    • ►  2019 (9)
      • ►  Desember (1)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (1)
      • ►  Mei (2)
    • ►  2017 (1)
      • ►  Juli (1)
    • ►  2015 (5)
      • ►  Desember (3)
      • ►  September (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2014 (9)
      • ►  September (4)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  Februari (2)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2013 (10)
      • ►  Desember (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Mei (3)
      • ►  Maret (1)
      • ►  Januari (4)
    • ►  2012 (23)
      • ►  Desember (1)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (9)
      • ►  April (5)

    instagram

    INSTAGRAM

    Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

    Back to top