Catatan Perjalanan Mudik dan Keliling Ranah Minang

Tulisan ini akhirnya ditulis setelah hampir dua bulan kami kembali dari kampung halaman, yaitu Payakumbuh, Sumatera Barat. Perjalanan yang kami lakukan kali ini kembali lewat jalur darat yaitu menggunakan mobil pribadi. Masih dengan Picanto yang sudah berumur sepuluh tahun itu. Si mungil ini memang sudah menemani kami di beberapa kali perjalanan jauh, baik pulang kampung atau pun perjalanan di Pulau Jawa. 

Namun, mengingat umurnya yang sudah tidak muda lagi itu, tentu perlu dilakukan pengecekan ke bengkel terlebih dahulu. Kaki-kaki dan kipas depan yang baru diganti pun turut memberikan ketenangan bagi kami. Ban masih tergolong baru, oli serta aki aman dan AC juga masih dingin. Setelah mobil dirasa siap untuk dibawa perjalanan jauh, kami pun mulai mempersiapkan barang bawaan. Namun, setelah Qina sudah cukup besar, ternyata pakaiannya pun menjadi lebih besar kapasitasnya, sehingga perlu perhatian ekstra saat mempersiapkannya. Menyusun barang-barang yang tentu saja sudah menjadi tugas saya, serasa bermain tetris. Entah bagaimana barang sebanyak itu, akhirnya bisa masuk dengan aman. Tentu saja, tempat istirahat Qina juga perlu disiapkan, agar selama di perjalanan ia bisa istirahat dengan nyaman.

Seperti biasa, perjalanan kami bukanlah perjalanan non-stop seperti kebanyakan pemudik dari Sumatera Barat. Kami memilih untuk menginap dua hari di perjalanan. Uuups... bukan dua hari tapi 4 hari. Kenapa 4 hari? Karena kali ini kami ingin mudik sekaligus mengunjungi beberapa tempat di Sumatera Barat. Hal ini dipicu karena sebagai orang Minang, saya sendiri masih sedikit melakukan perjalanan ke Ranah Minang ini. Saya pun ingin rasanya membawa Qina mengenal Ranah Minang lebih dekat. Yaa.. kali ini kali ini memang terasa lebih road trip keliling Sumbar ya.. Yuks..kita keliling Sumbar sama-sama..

Hari pertama

Kami memulai perjalanan pada pukul 22.15 malam. Sebelumnya, bensin sudah diisi penuh sehingga kami bisa tenang meluncur ke pelabuhan Merak. Oiya, ada yang berbeda pada penyeberangan kali ini. Yaitu tiket harus dibeli online dan kami bisa datang dua jam sebelumnya. Memang ada beberapa kendala yang dirasakan beberapa pemudik contohnya mereka kesulotan memperkirakan jadwal kedatangan di pelabuhan. Apalagi mereka yang dari kota yang agak jauh seperti Bandung misalnya. Namun, saya rasa ini bisa mengurai kemacetan di pelabuhan karena orang-orang akan terbagi kedatangannya sehingga tidak menumpuk di satu waktu. 

Kami sendiri sampai di pelabuhan eksekutif pada pukul 00.20 tengah malam. Selanjutnya kami langsung diarahkan ke bagian antrian kapal. Tak perlu lama menunggu, pukul 01.30 pun kami sudah bisa menaiki kapal dan kira-kira pukul 02.00 kapal pun berangkat sesuai jadwal. 

Saya hanya menunggu di dalam mobil sambil tiduran sebentar. Dan pukul 03.20 pun kapal sampai di Pelabuhan Bakauheni. Hanya 18 menit kemudian, mobil kami pun sudah keluar dan melanjutkan perjalanan. 

Pada pukul 04.15 kami pun berhenti di rest area km 49A. Kami sholat, sahur dan mengisi bensin di sini. Pada pukul 05.08, perjalanan pun kami lanjutkan kembali. 

Kami melewati jalur Muara Enim dan Lahat untuk menuju Lubuk Linggau. Kami akhirnya sampai di Lubuk Linggau pada pukul 17.30 dan langsung membeli Pempek Fenny sebelum menuju Hotel yang kami pesan yaitu Amazing Riverside. Hotel ini tampak dari luar seperti biasa saja. Kami masuk gang dan jalan menurun. Namun, ternyata menyenangkan juga karena kami memilih kamar yang ada balkonnya dan pemandangannya yang mengarah ke sungai. Cukup menyenangkan untuk melepas penat hari itu.

Hari Kedua

Hari kedua ini, kami memang meutuskan berangkat lebih santai atau tidak terlalu pagi, yaitu pukul 09.45. Karena tujuan kami hanya sampai Muara Bungo saja. Hal ini disebabkan karena tujuan kami selanjutnya tidak terlalu jauh dari sana dan kota yang enak untuk disinggahi adalah Muara Bungo ini.

Kami sampai di Muara Bungo pukul 15.00. Kami pun menginap di Merlins Hotel. Hotelnya bersih dan nyaman. Setelah sholat maghrib, kami pun jalan-jalan di dekat hotel dan mencari makanan di sana. 

Oiya, sesaat sebelum kami sampai di Muara Bungo, kami tiba-tiba merasa AC tidak terasa dingin. Merasakan adanya masalah dan tentu tidak nyaman jika harus berkendara dalam kondisi tanpa AC tersebut, kami pun mencari service AC di uara Bungo lewat google. Alhamdulillah kami menemukan bengkel yang bagus. Mereka berupaya mencarikan solusi bagi kami yang memang tidak bisa lama. Seharusnya dilakukan pembongkaran dan penggantian valve, namun karena butuh pengerjaan yang tentu lebih lama, mereka memberikan saran untuk melakukan vakum  agar sumbatannya bisa diatasi. Setelah itu dilakukan penambahan freon. Alhamdulillah dengan cara yang relatif lebih murah itu, AC mobil kami pun bisa bekerja baik sampai sekarang. 

Sehingga perjalanan pun bisa dilanjutkan dengan nyaman. Alhamdulillah..

Hari ketiga

Pada hari ketiga ini kami berangkat lebih pagi, yaitu pukul 06.50. Hal ini dikarenakan tujuan kami selanjutnya adalah Solok, tepatnya di Alahan Panjang. Setelah beberapa jam kami memasuki Sumatera Barat. Sungguh dada terasa berdebar-debar saat kami memasuki Ranah Minang ini. Tak lama kemudian, kami pun memasuki Kota Solo. Saat melewati area Alahan Panjang, perjalanan kami pun disuguhi dengan pemandangan kebun teh. Perjalanannya saja sudah begitu menyenangkan. 

Akhirnya kami pun sampai di tempat penginapan yaitu de'Alahan pada pukul 12.30. Penginapannya berupa dome atau kubah yang sudah dilengkapi kamar mandi dalam. Tersedia juga kafe bagi pengunjung yang ingin menikmati makanan di sana. Namun yang paling istimewa di sana adalah pemandangannya yang begitu indah yaitu pemandangan mengarah ke Danau Di Atas. Bahkan ketika sore harinya kami mencoba keluar dan melihat pemandangan Danau kembar itu yaitu Danau Di Atas dan Danau Di Bawah, serta Danau Talang. MasyaAllah.. Keindahannya pun diikuti oleh cuacanya yang dingin saat malam hari. Jadi jangan lupa membawa jaket ya..

Hari keempat

Pada keesokan harinya, kami memulai perjalanan pada pukul 10.30. Perjalanan selanjutnya kami menuju Pesisir Selatan, yaitu area Mandeh. Untuk itu kami pun melewati Jalan Sitinjau Lauik yang memang terkenal rawan kecelakaan. Jalan yang mendaki dan menurun serta berbelok tajam memang menantang. Namun yang membuat jalan ini mengerikan adalah banyaknya truk-truk yang melwati ajlur ini. Mobil kami pun sempat berada di antara deretan truk-truk besar yang mengeluarkan decit dan suara rem yang membuat kami semakin deg-degan. Namun, Alhamdulillah kami masih diberikan keselamatan oleh Allah dan dapat melewati jalan ini dengan selamat.

Selanjutnya kami mengarah ke penginapan yang sebelumnya sudah kami pesan yaitu Kulik Kayu Resort. Saat melewati jalan menuju penginapan, kami diberikan petunjuk untuk memilih Sei. Pisang. Memang jalur ini lebih dekat, namun ternyata jalurmya sangat ekstrim dan mengerikan. Jalannya yang kecil, berkelok serat mendaki serat menurun juga membuat Picanto kembali bekerja keras. Waah..luar biasa jalur yang harus kami lewati. Namun, sebelum sampai di penginapan, pemandangan kami pun sudah disuguhi dengan pemandangan lautan yang begitu indah dan tenang. MasyaAllah.. Apalagi saat sampai di penginapan, tempatnya sangat estetik. Kamarnya pun luas, bersih dan ditata dengan baik. Berada di pinggir laut bersebelahan dengan hutan bakau dan suara ombak yang tenang menambah rasa syukur kami saat itu. 

Pemilik penginapan pun menawarkan untuk menyewa kapal berkeliling pulau di sekitar sana dan juga snorkling. Kami pun setuju untuk mengikutiya. Wah, pilihan yang tepat. Ternyata menyenangkan sekali. 

Tak sampai di sana, saat makan malam pun kami sudah diberikan ikan bakar yang sudah kami pesan sebelumnya. Alhamdulillah..Nikmat Allah mana lagi yang kami dustakan..

Dan Qina pun sangat menikmati saat di sini. Kegiatan naik kapal, snorkeling dan main pasir sangat ia sukai. Padahal sebelumnya ia tidak mau main pasir. Tapi kali ini inta main lagi. Alhasil keesokan paginya pun ia kembali main pasir dan keberangktan pun ditunda, hehe..

Hari kelima

Selanjutnya, kami berangkat pada pukul 08.15 untuk menuju Payakumbuh. Sebelumnya kami berkeinginan untuk ke Sungai Pua yang berada di kaki Gunung Marapi, yaitu kampung suami saya. Namun, saat itu terjadi banjir lahar dingin yang membuat beberapa jalur terganggu. Sehingga kami pun memutuskan memilih jalur lain yaitu ke Batu Sangkar. Saat berada di perjalanan di Batu Sangkar saya melihat Bawa Istana Pagaruyuang tidak jauh dari sana. Akhirya, kami pun memutuskan untuk menuju ke sana sekalian memperlihatkan rumah gadang ke Qina. Ya, kondisi saat itu memnag panas, jadi memang lumayan gerahdan lemas. Namun, kapan lagi bukan? Hehe..

Setelah puas di sana, kami pun melanjutkan perjalanan ke Payakumbuh. Alhamdulillah kami pun sampai di Payakumbuh sekitar pukul 16.00. Alhamdulillah, senang sekali rasanya bisa menginjakkan kaki kembali di kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota, kampuang nan denai cinto.. Alhamdulillah kami masih diberikan kesempatan bersilaturahmi dengan orang tua dan sanak saudara di kampung.

Begitulah perjalanan mudik tahun 2024 ini. Jika melihat rute yang kami tempuh, ini memang seperti keliling Sumbar ya.. 

Namun, dari setiap perjalanan yang kami lakukan, ada satu hal yang tak terlupakan yaitu bahwa tiada upaya kita sebagai manusia, melainkan hanya karena kuasa dan kehendak Allah lah ini bisa terwujud.

Dalam setiap perjalanan, segala marabahaya bisa saja terjadi. Bahkan ban kami pun sempat sedikit sobek, namun tidak sampai bocor. Namun kami masih diberikan Allah kemudahan dengan bisa mengetahuinya lebih cepat dan melakukan penggantian ban. Alhamdulillah.. Allah tentu akan sellau menguji hambaNya. Namun, dari setiap ujian itu ada kemudahan yang Allah berikan. Maka bersyukurlah.. Semoga setiap perjalanan selalu menambah rasa syukur dan kedekatan kami kepadaNya..

Demikian catatan perjalanan kali ini. Sampai bertemu di perjalanan berikutnya...

You Might Also Like

0 komentar