Cerita mudik lebaran : Road to Sumatera 2017

Mudik atau pulang kampung memang bukan hal yang sering saya lakukan. Bahkan mudik lebaran saja sudah 7 tahun yang lalu, itu pun karena alasan persiapan pernikahan. Dan saya pun sempat pulang kampung 4 tahun yang lalu saat kakak laki-laki saya menikah. Itu pun tak lama..

Emang kampung saya dimana gitu, kok untuk pulang kampung saja susah amat? Hehe.. Saya berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat dan merantau ke pulau Jawa ini sudah 15 tahun sejak lulus sekolah. Tapi ya gitu..jarang pulang..bahkan ada kelakar teman yang bilang saya sudah lupa halaman kampung saya halaman berapa..hehe.. Begitu pun dengan suami saya. Walaupun sejak lahir, sudah di Padalarang Jawa Barat, tapi untuk urusan kampung halaman, tetaplah sama-sama Sumatera Barat tapi beda kota, dianya dari Sungai Puar, kaki gunung marapi..hehe..

Yup walaupun bisa dikatakan sesama orang Minang, untuk pulang kampung sejauh itu, bukan hal yang mudah memang. Apalagi sudah punya anak begini. Secara keuangan jelas lumayan banget. Dan secara waktu pun cukup sulit. Karena libur suami yang cenderung tidak lama. Rasanya sayang sekali sudah mudik jauh- jauh tapi cuma sebentar. Begitu pun lebaran tahun ini,rencananya kami masih belum pulang kampung. Tapi saat pertengahan Ramadhan, saat kantor mendata percutian, suami mencoba iseng mengajukan cuti lebaran lebih banyak, totalnya 2 minggu,  karena jatah cutinya langsung dihabiskan. Dan ternyata di luar dugaan, pengajuannya di-approved. Wew..kita berdua pun bingung..dua minggu bakal ngapain aja.. Saat itulah kita berpikir untuk pulang kampung saja.. Mulailah ngintip tiket pesawat, dan ternyata harganya bikin hati down..hahaha... Rencana kami pun beralih lewat darat, menggunakan mobil pribadi..

Ide untuk mudik dengan mobil pribadi itu sendiri sebenarnya sudah lama saya cetuskan. Tapi karena mobil kami adalah mobil kecil, kia picanto, suami agak gak pede. Akhirnya selama dua hari kita mencari informasi untuk memantapkan hati. Kita mulai diskusi dengan saudara dan teman yang punya pengalaman sama, baca artikel soal mudik,bahkan tulisan pengalaman para mudikers via darat. Dan salah satu Blogger yang saya bacalah yang paling memantapkan hati, dialah Om sonny. Karena beliaulah penggagas mudik bareng yang sejak 2015 sudah dilakukan.. Inti mudik bareng ini hanya sebagai teman seperjalanan dan berbagi info. Akhirnya kita pun mendaftar sebagai salah satu peserta Road to sumatera 2017 via lintas tengah. Groupnya terbagi berdasarkan tanggal keberangkatan. Keberangkatan pertama adalah tanggal 16, sedangkan kita di tanggal 21 malam. Kita pun bergabung di group whatsapp dengan para mudikers lain, saling berbagi informasi baik segala persiapan, resting point, maupun update laporan perjalanan.

Tapi ternyata, H-1 keberangkatan, kita sudah disuguhi info kalau pelabuhan Merak sudah ngantri panjang. Akhirnya, suami memutuskan untuk berangkat lebih dulu, pukul 2.00 siang. Dan Alhamdulillah, memang pilihan yang tepat.. Walaupun akhirnya kita jalan sendiri tanpa teman group RTS yang lain, tapi selama perjalanan bakalan banyak koq teman konvoi. Tapi saling berbagi informasi dengan teman group RTS tetap dilakukan. Nah, untuk laporan perjalanannya selengkapnya di bawah ini yaa.. Happy mudik..



Lets adventure begin..


Tanggal 21 Juni, suami masih berangkat kerja seperti biasa walaupun hanya setengah hari, sedangkan saya mulai finishing packing dan mempersiapkan bekal selama perjalanan. Bekal tersebut terdiri dari nasi yang saya bungkus per porsi dan lauk yang sekiranya tahan lama seperti dendeng kering, cabe merah goreng, kering tempe, dan buah-buahan seperti jeruk. Tidak lupa snack cemilan dan minuman selama perjalanan. Setelah semua siap dan saya pun mulai memasukkan barang-barang ke mobil. Saat itulah saya berjibaku antara barang segambreng dengan mobil yang kecil..haha.. Untunglah ada adik saya yang memang diajak ikut mudik bareng ikut membantu.





Selain itu, list kelengkapan mobil pun dicek seperti ban beserta ban serap yang sudah diisi angin, kotak p3k, jumper aki, sling derek, handphone plus Google maps yang baterainya terisi penuh, powerbank, peta dan catatan kota beserta resting point yang sudah di print untuk memudahkan selama perjalanan nanti. Setelah semua siap dan suami pulang kerja, sekitar jam 2 siang, kita pun berangkat. Bismillah.. 


Tujuan pertama adalah Rest Area KM 43 Tol Balaraja Sukamurni. Kami sampai pukul 15.45 dan langsung sholat ashar dan membeli tiket kapal ferry yang dapat dibeli online di sana.




Tak perlu menunggu lama, pukul 16.20 semua urusan beres. Dan di sini kami bertemu sesama group RTS yang kebetulan memang berangkat lebih cepat juga. Tapi karena mereka memutuskan untuk istirahat dulu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Merak.

Pukul 15.00 kami sampai di Merak dan hanya menunggu sekitar 30 menit, kami pun bisa naik kapal. Dan sekitar 17.45, kapal pun berangkat. Yup..Saat sunset dan saat waktunya berbuka puasa. Kami pun naik ke atas menikmati pemandangan senja sambil berbuka puasa dengan bekal yang sudah disiapkan. Cukup beralaskan koran seharga 5000 rupiah yang dijajakan di sana. Sungguh awal perjalanan yang indah dan menyenangkan..













Setelah sekitar dua jam-an, kami mengarungi Selat Sunda, sekitar pukul 20.10 kapal pun merapat di Bakauheni. Kami pun melanjutkan perjalanan dan sekitar satu jam-an kami sampai di resting point berikutnya yaitu RM siang malam. Kami beristirahat sholat dulu dan berangkat kembali sekitar pukul 21.30. 

Tujuan berikutnya adalah RM Taruko II. Kami sampai di sana sudah lewat tengah malam, sekitar pukul 00.50. Kami memutuskan untuk tidur dulu di sana. Lapangan parkirnya memang luas, namun karena banyaknya para pemudik baik mobil pribadi dan bis membuat tempat itu tampak kotor dan kurang nyaman. Sekitar pukul setengah empat kami bangun dan sahur. Tak lama, kami pun kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari mesjid untuk sholat subuh. Alhamdulillah, setengah jam kemudian kami menemukan Mesjid Muslimin Ogan Lima yang bersih bahkan menyediakan tempat peristirahatan untuk pemudik. Kami pun sholat subuh di sana sambil sesekali meregangkan badan sekedar melepas penat karena duduk cukup lama di mobil. 


Pukul 5.25,setelah satu jam-an di sana, kami kembali melanjutkan perjalananan. Memasuki Sumatera Selatan, jalanan mulai agak jelek dan berbelok-belok. Dan pukul 10.00 kami sampai di Muara Enim. Di sini jalan juga banyak yang longsor. Selanjutnya kami melewati Lahat yang selalu dihindari untuk dilewati saat malam hari karena rawan kejahatan. Alhamdulillah kami melewatinya dengan aman. Sesekali kami berhenti di SPBU untuk mengisi bensin, dan untuk mengunjungi toilet di sana,hehe.. Namun kami selalu menyegerakan perjalanan, karena menargetkan untuk sampai di Lubuk Linggau sebelum Maghrib. Alhamdulillah kami sampai di sana pukul 17.30, dan langsung merapat ke salah satu hotel di sana. Kami memilih Burza Hotel dan langsung memesan di tempat. Yang entah kenapa saat itu traveloka dan pegipegi susah sekali untuk diakses. Alhamdulillah masih ada kamar yang tersisa. Dan untuk malam itu kami pun beristirahat dulu di hotel sambil menikmati pempek, yummy..

Saat pagi hari, kami membersihkan dan merapikan barang bawaan agar kondisi di dalam mobil kembali nyaman. Dan pukul 08.15 kami pun berangkat. Setelah Lubuk Linggau,  jalanan naik turun. Dan sesekali ada saja binatang ternak di pinggir jalan bahkan menyeberang, membuat perjalananan terasa di taman safari. Hehe.. 



Selanjutnya, untuk perhentian istirahat dan sholat lebih sering kami lakukan di SPBU sambil mengisi bensin. Untuk rute perjalanan, setelah melewati gunung Medan, kami menuju Lintau Karen lebih dekat dengan tujuan yaitu Payakumbuh. Saat adzan maghrib, kami berada di sekitar daerah Lintau. Namun kami memutuskan berbuka dengan bekal seadanya dan melajutkan perjalanan kembali. Akhirnya sekitar pukul 21.30 kami pun sampai di Payakumbuh dan langsung menuju salah satu tempat makan di sana.. malapeh taragak masakan kampung halaman..hehe..

Alhamdulillah.. Begitulah perjalanan mudik kami.. Memang yang seperti orang bilang, lewat darat itu nagih.. 😄 🚗 🚢 🌲 

Tapi yang terpenting, semoga setiap perjalanan itu selalu membawa makna dan kebaikan.. Selamat menguatkan tali silaturahmi yaaa.. Semoga membawa keberkahan untuk kita semua..

Notes: 
Jarak Cibubur - Payakumbuh: 1300 km
Bahan bakar: Rp. 850.000 (pertamax dan pertalite)
Harga pertamax: Rp. 8350/ liter
Harga pertalite: Rp. 7700/ liter
Jenis kendaraan: Kia Picanto Matic




You Might Also Like

8 komentar

  1. saya belum pernah ke sumatera mbak, baca ini jadi makin pengen kesana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayooo mba ninda...jalan2 ke sumatera..insyaAllah bikin ketagihan..hehe..

      Hapus
  2. Assalamualaikum Mbak Vivi, senang sekali membaca cerita mudiknya serasa mau mudik kembali walau belum lama mudik. Tapi sayang ceritanya terlalu pendek hehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam...hahaha..iya ya..masih kependekan? Nanti insyaAllah disambung dengan cerita mudik selanjutnya ya..hehehe..

      Hapus
    2. Masih menunggu kelanjutan ceritanya. Hihihi. Salam buat om ismail.

      Hapus
  3. pagi mbak vivi
    minyak segitu hanya untuk pergi aja tau udah PP mbak
    terima kasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pagi..Maaf ya..telat balasnyaa.. itu baru untuk pergi aja ya mas.. terimakasih kembali..

      Hapus
  4. Terima kasih informasinya, coba liat juga nih Tips Muduik Dengan Balita

    BalasHapus