Bisa Jadi Kamu pun Kekurangan Vitamin D



Sudah sejak setahun yang lalu rasanya badan tidak fit seperti dulu lagi. Terasa lebih mudah lelah dan gampang sakit. Selain itu tulang-tulang juga terasa kaku. Bahkan berdiri dari posisi jongkok pun harus pelan-pelan karena sering terasa sakit. Persis seperti nenek saya dulu. Sempat terpikir kalau saya sudah menua, tapi apakah memang sudah setua itu untuk merasakan hal seperti ini. 

Bahkan suatu kali, saya tidur hingga 36 jam dan hanya memaksakan bangun untuk sholat, dan kemudian lanjut tidur kembali. Sulit sekali rasanya untuk membuka mata. Badan dan mata sungguh sangat berat saat itu, padahal saya tidak begadang sebelumnya. 

Saat itu agak sungkan untuk memeriksakan diri ke dokter, karena dibilang sakit juga kok rasanya enggak. Tapi perasaan mengatakan ada yang kurang beres. Mencoba mencari jawaban, akhirnya saya pun memilih bertanya pada Dr. Google. Beberapa dugaan muncul, mulai dari kelelahan kronis sampai masalah tiroid. Dan satu hal yang saya sadari, bahwa bertanya kesehatan kepada si Dr. Google ini cenderung memberikan jawaban yang menakutkan. Rasanya hampir semua jawabannya mengarah kepada penyakit berat, yang bisa saja membuat kita waswas sendiri.

Sampai akhirnya saya berkesempatan bertemu dengan teman yang juga seorang dokter dan saya pun disarankan untuk diperiksa olehnya. Dugaan saat itu, lagi-lagi berhubungan dengan kelenjer tiroid. Dan saya diminta untuk cek darah. Namun, setelah hasilnya keluar, diketahu bahwa tiroid saya baik-baik saja. Dan kesimpulan saat itu adalah bahwa saya hanya gampang cemasan saja. Duh.. inilah yang membuat saya semakin berat untuk ke dokter. Rasanya malu juga kalau hasilnya seperti itu, hehe..

Sampai suatu hari saya ingat obrolan teman di grup whatsapp tentang kekurangan vitamin D. Dan rasanya tanda-tandanya juga seingat saya sama. Akhirnya saya pun berbagi cerita dan meminta pendapat kepada teman tersebut. Dan dari obrolan itulah saya mengetahui bahwa dia pun mengalami hal yang sama. Setahunan merasa tidak enak badan, tapi dokter tidak menemukan penyakit atau masalah apa pun. Dan akhirnya dia pun mendapatkan saran dari temannya untuk cek vitamin D. Dan setelah hasil keluar diketahuilah bahwa dia pun mengalami defisiensi vitamin D saat itu.


Namun, walaupun saya sudah mendengar ceritanya saat itu, tapi saya tidak langsung memeriksakan diri saat itu dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang membuat saya agak ragu untuk mendatangi tempat pemeriksaan kesehatan. Sampai suatu hari, saya kembali merasa kelelahan. Dan paginya saat bangun tidur, tulang-tulang terasa kaku dan badan sulit digerakkan. Bahkan untuk bangun saja saya harus dibantu saat itu. 

Akhirnya, didorong oleh kondisi tersebut, saya pun memeriksakan diri ke Prodia. Dan saat hasilnya keluar, ternyata benar saja bahwa nilai vitamin D saya sangatlah rendah yaitu di angka 6, padahal batas bawahnya adalah 30. Sehingga saya pun sudah dinyatakan mengalami defisiensi saat itu.

Dari pengalaman saya dan juga teman-teman yang mengalami hal yang sama, memang sepertinya kekurangan vitamin D ini tidak terlalu dikenali saat ini bahkan oleh kalangan dokter sekalipun. Mungkin karena tanda-tandanya yang tidak terlalu spesifik sehingga menjadi sulit untuk diidentifikasi. Padahal kekurangan vitamin D itu sendiri bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh kita yang bisa berbahaya apalagi pada kondisi pandemi saat sekarang ini.  

Untuk itu, rasanya perlu untuk kita mengenal sendiri tentang tanda-tanda kekurangan vitamin D ini. Sehingga jika kita mengalami hal yang sama, kita bisa menyadari dan memeriksakannya sendiri jika perlu. Untuk saya sendiri gejala yang saya rasakan adalah : 

Badan yang mudah lelah

Untuk menilai seberapa mudah lelah saya saat itu adalah dengan membandingkannya dengan saya pada dua atau tiga tahun yang lalu, atau pun dengan orang-orang di sekitar saya yang dirasa dalam kondisi normal saat itu. Kelelahan yang saya rasakan bukan hanya dari pekerjaan berat saja. Tapi untuk aktifitas sehari-hari di rumah saja, saya bisa merasa lelah dan perlu membaringkan tubuh untuk memulihkan kondisi. Bahkan saya sudah bisa memperhatikan bahwa kemampuan tubuh saya hanya sampai jam 7 malam, dan itu sudah harus berhenti beraktifitas. 

Dan jika saya harus berkegiatan lebih berat, seperti ketika harus mempersiapkan kedatangan tamu ke rumah misalnya atau ketika ada kegiatan deep cleaning di rumah , saya bisa terkapar di tempat tidur lebih lama, bahkan seperti yang saya paparkan di atas, saya bisa tidur selama 36 jam. Padahal untuk orang yang normal atau pun untuk saya sebelumnya,  kondisi tersebut tidaklah semelelahkan itu.

Tulang yang terasa kaku dan sakit

Seringkali saya mempertanyakan hal ini dengan suami di rumah, kenapa punggung dan tulang saya sering sekali terasa sakit salah satunya saat bangun tidur. Pernah kita menduga itu adalah karena pengaruh kasur yang terlalu empuk. Bahkan kita akhirnya mengganti kasur, tapi tidak terlalu membawa perubahan. Selain itu, ketika saya harus jongkok saat mencuci atau membersihkan rumah, selalu sulit sekali untuk berdiri karena pinggang dan punggu terasa sakit. 

Sampai puncaknya, tulang punggung yang terasa kaku saat bangun tidur dan sulit digerakkan walaupun hanya mengubah posisi sekalipun. Akhirnya saya pun dibantu untuk duduk saat itu. 

Mudah terserang penyakit

Mudah terserang penyakit yang saya rasakan adalah sejenis flu, batuk pilek dan sakit kepala. Bahkan sembuhnya pun terasa lebih lama. Bahkan seringkali saya harus minum obat karenanya. Padahal suami dan anak saya baik-baik saja saat itu. 

Rambut rontok

Masalah rambut rontok ini adalah yang terberat dan terlama yang pernah saya rasakan. Jumlah rontoknya pun sangatlah banyak. Bahkan walaupun saya hanya menyisir memakai tangan, tetap saja banyak yang berjatuhan. Beberapa produk pencegah rontok pun sudah saya coba tapi tidak menunjukkan hasil.

Jadi, jika kamu mengalami beberapa gejala yang mirip seperti di atas, bisa jadi kamu pun mengalami defisiensi vitamin D. Cobalah cek darahmu dan periksakan kadar vitamin D 25-OH-nya.  

Selanjutnya, untuk mencukupi kebutuhan vitamin D ini beberapa hal yang saya lakukan adalah :

  • Mengonsumsi vitamin D minimal 5000 IU. Untuk vitamin dosis ini, memang agak sulit mencarinya di toko obat yang biasa kita datangi. Tapi ini bisa ditemukan di toko online seperti tokopedia. Namun yang perlu diperhatikan saat membelinya adalah perihal  kandungannya. Karena biasanya bahan kapsulnya terbuat dari bahan yang kemungkinan tidak halal. Jadi lebih baik dipilih yang ada logo halalnya atau pun bisa dipilih yang produk vegan atau plant based. 


  • Berjemur sinar matahari pagi. Saya biasa melakukannya sekitar 15-20 menit.
  • Mengonsumsi makanan yang kaya kandungan vitamin D. Ada banyak makanan sumber vitamin D, dan diantaranya yang saya coba konsumsi adalah ikan tuna, jamur, yoghurt, telur, udang dan jeruk.

Dan setelah lebih kurang 4 bulan setelahnya, saya pun kembali cek darah untuk melihat kadar vitamin D saya kali ini. Dan alhamdulillah, kadarnya sudah berada di angka 60. Tapi walaupun begitu, tetaplah harus terus menjaga pola hidup yang sehat dan memperhatikan kebutuhan vitamin D. Karena berdasarkan pengalaman teman-teman yang mengalami hal ini, setelah angka vitamin D-nya normal dan tidak mengonsumsi vitamin D lagi, beberapa bulan kemudian dia pun kembali mengalami defisiensi. 

Jadi, seperti saran dokter, tetaplah menjaga asupan vitamin D dengan menyesuaikan dosisnya, mengecek secara berkala, dan juga selalu rutin berjemur matahari.  Semoga dengan lebih memperhatikan kebutuhan vitamin D ini, tubuh kita pun tetap sehat dan bisa beraktifitas dengan baik. Tetap sehat ya untuk semua..


You Might Also Like

0 komentar