Melatih Anak Berpuasa
Tidak terasa ya.. sudah 12 hari kita berpuasa. Selama bulan puasa tahun ini saya mencoba melatih Qina yang saat ini berumur 7,5 tahun untuk bisa berpuasa penuh sampai maghrib. Awalnya saya sendiri tidak terlalu yakin dan tidak mau terlalu berambisi Qina bisa puasa penuh, mengingat kondisi Qina yang mengalami gangguan dengar berat dan memakai implan koklea di umur 3,5 tahun. Bisa dibilang umur dengarnya baru 4 tahun itu. Apakah kemampuannya setara dengan anak 4 tahun? Tentu tidak. Bisa dibilang masih di bawahnya karena pendengarannya sendiri tentu tidak sesempurna dan sejernih anak yang lain. Hingga saat ini, kemampuan pemahaman bahasanya pun masih sangat terbatas.
Apakah Qina bisa memahami apa itu puasa? Apakah Qina bersedia berpuasa? Itu yang menjadi pertanyaan saya awalnya. Tapi Alhamdulillah, selama 12 hari kita berpuasa ini, Qina bisa puasa penuh sampai maghrib. Hanya satu hari saja yang puasa setengah hari, karena sejak pagi sudah mengatakan haus. Setelah pengalihan ini itu dan ajakan puasa sampai dzuhur, Qina pun setuju. Setelah azan dzuhur berkumandang, satu botol minum pun langsung dihabiskan. Memang haus sekali tampaknya, hehe..
Setiap anak tentu berbeda pendekatannya ya. Tapi, di sini saya ingin berbagi cara apa saja yang saya coba dan "manjur" untuk melatih Qina berpuasa.
Memberikan pemahaman melalui buku
Sudah sejak tahun yang lalu saya mencari dan membeli buku anak bergambar yang mengajarkan tentang berpuasa. Saya pun membacanya bersama Qina. Saya mencoba menceritakan kembali dengan kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti. Saat itu targetan awalnya adalah mengenalkannya tentang konsep sahur, serta tidak makan dan minum sampai maghrib. Tapi saat itu, saya masih mengajak Qina untuk puasa sampai jam 12, atau sampai pulang sekolah saja.
Dan tahun ini, sekitar sebulan sebelum puasa, saya kembali membacakan buku tersebut kepada Qina. Dan Alhamdulillah Qina pun sudah bisa lebih memahaminya. Dan dengan bantuan si buku itulah, konsep puasa sampai maghrib bisa Qina terima.
Latihan puasa bertahap
Seperti yang dijabarkan di atas, tahun lalu saya mengajak Qina untuk berpuasa setengah hari saja sembari terus memantau kondisi fisik dan mentalnya. Dan tahun ini, saya coba mengajak untuk puasa sampai maghrib. Tapi sebelum itu, konsep waktu sholat pun perlu saya kenalkan terlebih dahulu. Hal ini tentu sejalan dengan mengajarkannya tentang melaksanakan sholat 5 waktu.
Sedikit saya ceritakan soal membiasakan sholat ini ya.. Pada awalnya, pelaksanaan sholatnya masih sering "bolong-bolong". Tidak apa-apa..pelan-pelan saja.. Memang saat itu targetannya adalah mengenalkannya akan aktifitas sholat dan tata caranya terlebih dahulu. Tapi di saat senggang dan moodnya bagus, sering saya mengingatkan kalau nanti Qina sudah 7 tahun, Qina sudah besar, sudah harus sholat ya.. Sholat subuh, dzuhur, asyar, maghrib dan isya. Dan saat itu.. "oke," katanya.
Kata-kata pengingat dan jadwal waktu yang jelas ini menurut saya adalah untuk persiapan mentalnya. Jadi tidak ujug-ujug suruh sholat atau ujug-ujug suruh puasa. Dan tepat saat Qina berumur 7 tahun, saya memberikannya hadiah ulang tahun. Untuk apa? Pertama, sebagai pengingat baginya bahwa dia sekarang sudah 7 tahun. Kedua, di saat membuka hadiah pun, ada kartu yang saya tulis di sana. Kartu itu berisi ucapan selamat kalau Qina sudah besar dan mendoakan semoga Qina menjadi anak sholehah dan rajin sholat. Dan alhamdulillah, kata-kata "Qina sudah besar" itu sangat melekat baginya. Dengan hati yang senang saat itu pun, dia mengangguk setuju. Sejak saat itu, sholat 5 waktu rutin dilakukan. Walaupun untuk bacaan belum semua dihafal dan sempurna, tapi ternyata Qina sangat bersemangat untuk selalu sholat di setiap waktunya sampai sekarang.
Setelah konsep waktu sholat ini paham, barulah mengajaknya berpuasa sampai maghrib menjadi lebih mudah. Dan tak berbeda dengan sholat, ajakan berpuasa ini pun tak jauh dari kata "Qina sudah besar". kalau saya mengeluarkan kata-kata ini, Qina sangat senang dan seperti menumbuhkan keyakinan pribadinya. Kalau dilihat dari mukanya seperti mau bilang "saya ini sudah besar loh..sudah bisa ini itu..sudah besar loh..saya bisa..saya kuat dan hebat." Yaa..mungkin seperti itu kira-kira dalam hatinya.
Menerapkan buku kegiatan harian dengan stiker
Penerapan buku kegiatan harian ini saya mulai sejak pembiasaan sholat. Saya mencari buku yang memiliki kolom-kolom kegiatan harian. Di kolom inilah nanti ditempel stiker sebagai reward dan penanda setelah melaksanakan kegiatan tersebut. Sampai sekarang, kegiatan yang saya masukkan ke dalam buku adalah sholat, membaca iqro', belajar, bahkan mencabut gigi. Untuk puasa, saya masukkan kegiatan sahur dan puasa. Jadi setelah semua kegiatan tersebut terlaksana, barulah stiker diberikan dan Qina bisa menempelnya. Hal ini sekaligus bisa memberikan semangat kegiatan puasanya.
Memilih makanan kesukaan untuk sahur dan berbuka
Pada dasarnya Qina bukan anak yang mau makan makanan apa saja. Maunya itu-itu saja. Sedangkan saat berpuasa, dia tentu butuh asupan makanan yang cukup. Mungkin banyak yang mengalami hal serupa ya? Hal ini salah satunya dipicu oleh sensitifitas lidah dan lemahnya rongga mulutnya. Inilah yang berpengaruh juga pada kemampuan bicaranya yang belum maksimal. Karena itulah untuk Qina ditambahkan terapi oral motor dalam sesi terapi wicaranya.
Selain itu, saya juga mencoba meningkatkan keinginannya menerima jenis makanan baru ini. Cara yang saya lakukan adalah mengajaknya ikut serta memasak bersama. Jadi si anak tidak melihat hasil akhitnya saja. Dia tahu bahan-bahan yang digunakan itu adalah bahan yang dia suka misalnya. Bahkan makan masakan sendiri tentu lebih bersemangat bukan?
Selain itu, saya juga membeli buku resep yang dilengkapi foto di dalamnya. Dari sini, Qina saya minta untuk memilih makanan apa yang dia mau. Cara ini sangat efektif. Di sini Qina bisa memilih makanan yang dia mau dan berbeda-beda terntunya, saya pun yang memasak tak terlalu bingung untuk memikirkan menu hari itu. Alhasil, di saat masakan sudah jadi, Qina bersemangat untuk makan.
Pada dasarnya Qina bukan anak yang mau makan makanan apa saja. Maunya itu-itu saja. Sedangkan saat berpuasa, dia tentu butuh asupan makanan yang cukup. Mungkin banyak yang mengalami hal serupa ya? Hal ini salah satunya dipicu oleh sensitifitas lidah dan lemahnya rongga mulutnya. Inilah yang berpengaruh juga pada kemampuan bicaranya yang belum maksimal. Karena itulah untuk Qina ditambahkan terapi oral motor dalam sesi terapi wicaranya.
Selain itu, saya juga mencoba meningkatkan keinginannya menerima jenis makanan baru ini. Cara yang saya lakukan adalah mengajaknya ikut serta memasak bersama. Jadi si anak tidak melihat hasil akhitnya saja. Dia tahu bahan-bahan yang digunakan itu adalah bahan yang dia suka misalnya. Bahkan makan masakan sendiri tentu lebih bersemangat bukan?
Selain itu, saya juga membeli buku resep yang dilengkapi foto di dalamnya. Dari sini, Qina saya minta untuk memilih makanan apa yang dia mau. Cara ini sangat efektif. Di sini Qina bisa memilih makanan yang dia mau dan berbeda-beda terntunya, saya pun yang memasak tak terlalu bingung untuk memikirkan menu hari itu. Alhasil, di saat masakan sudah jadi, Qina bersemangat untuk makan.
Tidur cukup dan bangun sahur lebih awal
Bangun saat sahur tentu bukan perkara mudah. Apalagi Qina bukan anak yang bisa langsung bangun. Butuh proses loading yang cukup lama. Untuk itu, saya biasanya membangunkannya lebih awal, paling tidak 50 menit sebelum subuh.
Untuk membangunkannya, biasanya saya gendong dulu ke kamar mandi, dicucikan mukanya dan didudukkan di sofa. Nah, biasanya proses loadingnya terjadi di situ. Nyambung tidur lagi sekitar 5 menit, hehe.. Barulah nanti pelan-pelan bangunkan lagi dan ajak makan.
Agar bangun sahur ini berjalan lebih mudah, tidur malam pun selalu diusahakan cepat. Biasanya jam 8 malam Qina sudah saya ajak tidur. Bahkan saat siang pun sebisa mungkin diajak tidur siang, sehingga dia tidak terlalu mengantuk.
Melakukan kegiatan bersama yang menarik
Saat pagi sampai siang, Qina bisa berkegiatan di sekolah sehingga puasanya pun bisa teralihkan. Namun, saat sore hari menjadi waktu yang krusial. Agar puasanya tetap bersemangat dan tidak terlalu "kepikiran" akan puasanya, bisanya saya melakukan kegiatan bersama Qina, seperti bermain bersama, membaca buku, jalan-jalan ke mall, atau sesekali bermain di timezone misalnya. Tapi saya sangat menghindari kegiatan yang menguras tenaga yang dilakukan di luar ruangan agar tidak memicu haus dan kecapekan.
Memberikan reward tambahan setelah Ramadhan berakhir
Pada awalnya saya tidak menjanjikan apa pun kepada Qina kalau berhasil melewati puasa di ramadhan ini. Tapi setelah beberapa hari, ada saatnya ketika dia merasa 30 hari terasa lama. Saat itu, akhirnya saya bilang, " kalau Qina bisa semangat puasa selama 30 hari ini, nanti bubun kasih hadiah ya.. " Wah..dia senang sekali dan bersemangat kembali. Namun, apa hadiahnya, saya tidak bilang bendanya. Agar dia tidak fokus mengingat benda itu dan menjadikan puasanya untuk mengejar "benda" tersebut. Alhasil, setelah itu Qina pun tidak pernah membahas soal hadiah apa pun.
Demikianlah beberapa cara yang saya terapkan untuk Qina dalam melatih puasanya. Tentu setiap anak bisa berbeda pendekatannya. Karena setiap anak itu unik ya..
Tapi yang tak lupa dilakukan adalah apresiasi atas usaha dan perjuangannya seperti ucapan pujian dan pelukan hangat atas usahanya.. Semoga ini bisa menjadi obor sehingga semangatnya tak pernah padam..
Selamat berpuasa untuk anak-anak indonesia.. Tetap semangat yaa...
0 komentar