Payakumbuh, Cerita Pulang Kampung dan Berburu Kulinernya

Pulang kampung bukan hanya menjadi tradisi namun juga melibatkan perasaan di dalamnya. Begitu juga saya yang menambatkan keinginan untuk pulang kampung ke Payakumbuh, Sumatera Barat tahun ini. Kali ini, bukan hanya sekadar keinginan pribadi, namun alasan terbesarnya adalah ingin mengenalkan  kampung halamannya kepada Qina, anak saya. Qina sudah berumur sepuluh tahun saat ini. Merupakan umur yang pas menurut saya sehingga ia paham dan bisa mengingat kampung halamannya dengan baik, merasakan kekhasannya serta mendekatkannya dengan nenek, opa dan sanak keluarga di kampung. Walaupun Qina sudah pernah pulang kampung sebelumnya, yaitu tahun 2017 dan 2019, namun umurnya yang masih kecil membuat ingatan saat itu tidak terlalu kuat. Karena itulah saya berharap, pulang kampung kali ini meninggalkan jejak yang lebih mendalam bagi Qina. 



Mengenai pemilihan waktu pulng kampungnya, saya menyadari bahwa saat lebaran memang bukan pilihan yang akan membuat kita nyaman. Bukan hanya arus mudik dan balik saja yang ramai, namun Payakumbuh dan sekitarnya pun akan ramai. Jalanan pun akan seringkali macet. Bahkan harga tiket dan akomodasi lainnya pun tentu akan naik. Namun, hal ini tetap dipilih karena mengingat jadwal libur yang lebih panjang baik bagi suami yang bekerja ataupun Qina yang mendapatkan libur dari sekolahnya. Sulit sekali mencari jadwal libur di waktu lain. Bahkan walaupun mengambil cuti sekalipun, libur yang tenang tanpa "gangguan" dari kantor suami bisa dikatakan menjadi hal yang mustahil. Sehingga akhirnya, pemilihan waktu pulang kampung akan selalu kembali ke saat lebaran. Saat dimana pulang kampung berteman dengan kemacetan dan biaya yang melonjak. 

Ya, setelah tiga tahun tertahan karena pandemi, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang kampung tahun ini. Dan kali ini bukan dengan mobil seperti sebelumnya, namun dengan menggunakan pesawat. Lalu, barulah sesampai di sana, kami akan menyewa mobil untuk digunakan selama di kampung. Keputusan ini dibuat, mengingat perkiraan ramainya pemudik di tahun ini. Selain itu, jika menggunakan mobil, kurang lebih lima hari sudah terpakai di perjalanan, sedangkan waktu libur hanyalah dua belas hari. Rasanya sayang sekali. Ingin rasanya lebih berlama-lama di Payakumbuh.

Jadi, saat ada kabar bahwa mudik lebaran diperbolehkan, kami pun langsung memesan tiket. Hal ini untuk mendapatkan tiket dengan harga yang lebih murah. Dan benar saja, tidak lama setelahnya, ketika aturan-aturannya sudah keluar, harga tiket langsung melonjak naik. Jika dengan harga segitu, niat untuk pulang kampung tentu akan diundur kembali. Alhamdulillah, kami membuat keputusan yang cepat saat itu. 

Mengenai sewa mobil, kami pun mencari di internet dan menemukan beberapa kandidat. Namun, yang menjadi hal pentingnya di sini adalah bahwa kami menyewa mobil dari Padang, dan yang menjadi titik temu dan antarnya adalah bandara. Sehingga, tidak perlu lagi memikirkan transportasi dari dan ke bandara nanti. Selain itu pilihannya pun lebih banyak. Untuk mengantisipsi kondisi mobil yang kurang baik, kami pun memilih mobil yang baru bahkan belum satu tahun, yaitu livina 2021. Walaupun pada kenyataannya kondisinya tetap ada kekurangan, tapi masih bisa diterima.

Hari Pertama, menuju Padang dan Bukittinggi

Akhirnya hari yang dinantikan pun datang. Kami berangkat berempat, saya, suami , Qina dan adik saya, Kevin. Setelah perjuangan packing selama beberapa hari, akhirnya 3 koper, 3 kotak dan masing-masing membawa tas punggung pun siap dibawa.  Keberangkatan pesawat adalah sekitar jam enam pagi. Jadi, untuk menghindari sulitnya mencari taksi ataupun taksi online, kami pun booking gocar sejak malam hari untuk pemesanan pukul 2.30. Alhamdulillah mobil yang dipesan pun datang tanpa kendala, jalanan juga lancar. Namun, ternyata yang macet adalah proses check in di bandara. 

Saya yang sebelumnya memikirkan akan sahur di bandara dengan tenang, ternyata jauh di luar dugaan. Hanya suami yang berniat puasa tanpa sahur. Saya pun langsung membeli ayam dan nasi di sekitar tempat check in dan mencari tempat duduk. Saya dan Qina pun akhirnya sahur di tempat duduk terdekat. Saya pun makan dengan terburu-buru karena harus gantian dengan Kevin yang juga harus sahur. Berkejaran dengan waktu dan akhirnya kami pun berhasil sahur walaupun dengan air minum yang terbatas. 

Berbeda dengan waktu yang terasa berlalu dengan cepat, antrian check in saat itu bergerak sangat lambat. Tapi Alhamdulilah, kami berhasil check in sekitar jam 5.30 dan langsung sholat subuh. Baru duduk sebentar di ruang tunggu, kami pun sudah dipanggil untuk masuk ke dalam pesawat. Sampai di pesawat, barulah kami bisa bernafas lega. Sungguh pengalaman yang menguras energi. Bahkan teman yang sebenarnya satu pesawat saat itu, baru bisa bertemu saat mengambil barang di Bandara Padang. Pelajaran yang saya ambil saat itu adalah bahwa saya harus datang lebih cepat dan membawa minuman dan makanan yang cukup. Noted!

Walaupun awal perjalanan sedikit rusuh, namun selanjutnya terasa lancar dan tenang. Alhamdulillah kami mendarat di Bandara Internasional Minangkabau dengan selamat. Setelah mendarat dan mengambil barang, saya pun menghubungi pihak penyewaan mobil. Kami pun bertemu, melakukan pengecekan mobil, melakukan pembayaran yang disertai deposit lalu barulah serah terima kunci. Oiya, jangan lupa untuk merekam kondisi mobil saat diterima ya, agar bisa jadi pegangan saat mengembalikannya nanti.

Setelah keluar dari bandara, kami tidak langsung ke Payakumbuh. Namun, kami berencana akan ke Kota Padang dan Bukittingi. Hal ini disebabkan karena jalur ke Kota Padang dan Bukitinggi ketika sudah lebaran akan ramai dan macet sekali. Itu bukanlah pilihan bagi kami.  Sedangkan jarak dari bandara ke Kota Padang sangatlah dekat, sekitar 30 menit berkendara. 

Tempat pertama yang kami tuju adalah Mesjid Raya Sumatera Barat. Mesjid ini sangat unik, karena kubahnya berbentuk gonjong seperti atap Rumah Gadang. Mesjid ini juga dihiasi ukiran yang sangat indah. Namun, satu harapan saya agar mesjid ini bisa terus dirawat dan dijaga kebersihannya. 




Setelah sholat duha dan beristirahat sebentar di sana, kami pun melanjutkan perjalanan ke Mesjid Al Hakim yang terletak di pinggiran pantai Padang. Mesjid ini didominasi warna putih dengan dilatarbelakangi pemandangan laut serta iringan debur ombaknya yang membuat pemandangan dan suasananya menjadi sangat indah. Bahkan saya bisa membayangkan betapa indahnya saat matahari terbenam diiringi alunan suara adzan maghrib. MasyaAllah..




Setelah puas di sana, kami pun melanjutkan perjalanan sambil menyusuri jalan sepanjang pinggir pantai dan langsung menuju Bukitinggi. Perjalanannya sekitar dua setengah jam. Namun, kami sempat berhenti sebentar di air terjun Lembah Anai. Air terjunnya sangat deras, sehingga walaupun kami berdiri cukup jauh, namun tetap basah oleh percikan airnya. Airnya yang sejuk pun memberikan kesegaran di cuaca yang lumayan panas saat itu dan juga mengembalikan kepenatan karena perjalanan yang cukup panjang itu. 



Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi dan langsung menuju Paviliun Istana Bung Hatta. Ya, ini adalah penginapan yang terletak di area istana Bung Hatta dan berada di dekat jam gadang. Inilah yang menyebabkan kami memilih penginapan ini. Posisinya yang dekat membuat tujuan kami untuk menikmati area jam gadang menjadi mudah dan hanya perlu dilakukan dengan berjalan kaki. 



Target-target pun tercapai, yaitu makan di Simpang Raya sambil memandang Jam Gadang, melihat Jam Gadang di malam hari sambil makan kerupuk kuah dan pensi, membeli oleh-oleh baju kaos untuk keponakan, dan berjalan di sekitar Jam Gadang saat pagi hari. Bahkan suami yang juga ingin sholat subuh di mesjid di dekat sana pun tercapai. 




Oiya, satu lagi, walaupun penginapan ini kecil, namun kita masih bisa menikmati kolam renang dan sarapan di hotel novotel yang terletak di belakangnya ya..

Keesokan harinya, sekitar jam sembilan pagi, kami pun melanjutkan perjalanan. Kali ini kami singgah dulu ke Sungai Pua, yaitu ke rumah adiknya mama mertua. Setelah bersilaturahmi sebentar, kami pun melajutkan perjalanan kembali. Hal ini disebabkan karena kami ingin menghindari macet dan mencapai Mesjid An-Nur Piladang untuk sholat Jumat. 

Dari mesjid ini, Payakumbuh sudah sangat dekat. Setelah selesai sholat Jumat, kami pun melanjutkan perjalanan ke Payakumbuh.  Alhamdulillah perjalanan saat itu lancar. Sepanjang perjalanan ini, saya sudah merasa berdebar. Pemandangan kiri kanan  jalan sudah banyak yang berubah. Namun, rasa kangen kepada orang tua dan kampung halaman begitu membucah. Tak perlu waktu lama, saya pun bisa bertemu orang tua, suami bisa bertemu mertuanya dan Qina bisa bertemu dengan nenek dan opanya. Alhamdulillah.. 

Terimakasih ya Allah atas nikmat pulang kampung yang engkau berikan..



Suasana Lebaran

Lebaran di Payakumbuh sudah terasa berbeda. Persiapan sebelumnya pun lebih terasa. Mulai dari beberes rumah, membeli bahan masakan sampai memasak menu lebaran. Saat berbelanja bahan masakan, saya dan mama berbelanja di Pasar Ibuh. Pasarnya besar dan sangat ramai apalagi saat sebelum lebaran saat ini. Bahkan motor dan gerobak pun bisa lewat di tengah jalan pasar. Jadi, harus hati-hati ya.. Namun, bahan-bahannya sangat segar dan harganya juga murah. 

Selain itu salah satu keunikan yang saya suka di sini adalah banyaknya perempuan-perempuan penggiling cabe dengan batu giling yang sangat besar. Mereka tampak begitu mudahnyat menggiling cabe sambil mengangkat batu yang begitu besar itu. Ya, menggiling cabe bukan hal yang mudah namun rasa cabe giling jauh lebih enak dibandingkan menggunakan blender. Karena itulah keberadaan penggiling cabe sangatlah berarti dan diminati di sini. 

Karena ingin memasak soto padang, sya juga tak lupa membeli bumbu sotonya di sini. Bahkan tidak lupa saya pisahkan juga untuk dibawa ke Cibubur. Setelah proses memasak selesai, pada malam harinya saat saya beristirahat sebentar terdengar keriuhan di luar rumah. Tak disangka ternyata itu adalah arak-arakan malam takbiran. Ciri khas takbiran di sini adalah dengan membawa obor. 
Allahu Akbar..Allahu Akbar...Allahu Akbar... Suara lantunan takbir menggema diiringi arak-arakan yang begitu panjang menambah kentalnya rasa lebaran di kampung halaman.
Keesokan harinya, kami pun bergegas ke lapangan. Sesampai di sana, selalu ada keramahan dan bersalam-salaman dengan tetangga dan sanak keluarga yang bertemu di tanah lapang. Kami pun duduk, menunggu sholat ied didirikan. Lambat laun lapangan mulai penuh. Lapangan memang terasa sangat ramai, menandakan begitu banyak perantau yang pulang kampung tahun ini.




Diawali dengan beberapa kata sambutan yang lumayan lama, akhirnya sholat ied pun dilaksanakan. Setelah selesai kami pun bermaaf-maafan dan kembali ke rumah menikmati hidangan yang sudah tersedia.
Alhamdulillah, semoga ibadah puasa kita diterima dan kita memperoleh kemenangan dan kembali fitrah..




Wisata Alam Payakumbuh

Payakumbuh adalah dataran tinggi yang berada di hamparan gunung Sago dan juga dikelilingi oleh perbukitan. Sehingga pemandangannya sangatlah indah. Ditambah hamparan sawah dan ladang yang masih sangat banyak dan luas membuat daerah ini terasa hijau dan asri. Tak perlu jauh-jauh, bahkan di samping rumah mama pun, terbentang ladang jagung dan kelapa dengan latar belakang Bukit Bungsu. Namun, tentu tidak cukup itu saja, rasanya kurang jika kami tidak jalan-jalan ke tempat lain. Beberapa tempat yang kami kunjungi kali ini adalah :

Lembah Harau

Ini sepertinya adalah list wajib setiap pulang kampung. Hamparan sawah dan pohon-pohon dengan latar belakang tebing-tebing tinggi yang panjang membuat pemandangannya begitu menakjubkan. Terdapat juga beberapa air terjun di sini, namun saat saya datang, debit airnya kecil karena jarang turun hujan. Namun yang berbeda saat beberapa tahun yang lalu saat saya datang adalah bahwa di sini sudah banyak dibangun homestay sehingga sedikit mengurangi nuansa naturalnya. Tak heran memang karena lembah harau menjadi salah satu daya tarik wisata daerah sekitar, sehingga selalu ramai oleh pengunjung.
 



Kapalo Banda

Kapalo Banda memang sudah terkenal dari lama. Namun, saya sendiri belum pernah mendatanginya. Karena dari pembicaraan orang-orang, bahwa tempat ini sangat ramai pengunjung. Membayangkannya saja saya merasa letih. Namun, karena waktu itu saya harus mengantar mama ke daerah sekitar sana, akhirnya mama berhasil membujuk saya untuk melihat sebentar. Ya, apa salahnya kalau hanya melihat, tidak perlu waktu lama bukan? 

Sesampai di sana, sudah siang, cuaca panas dan memang sudah ramai. Baru mau masuk, kami melihat penjual durian. Aaah.. iseng bertanya, ternyata harganya murah, langsung beli doong..aheey.. Hati pun senang walau cuaca panas..

Setelah selesai membeli durian, kami pun melanjutkan memasuki area Kapalo Banda. Wah, ternyata saya tidak rugi datang ke sana. Pada dasarnya, area ini dijadikan ekowisata yang berasal dari danau irigasi. 

Terbentang sungai dengan aliran bertingkat. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sana. Mulai dari berenang, bermain air bahkan menaiki rakit. Bahkan, tak diduga Qina sangat bersemangat dan ingin berjalan di air. Saya kira hanya sampai di sana. Ternyata sepanjang sungai tersebut, terdapat tempat makan yang anak-anak bisa bermain air sepuasnya di depannya. 

Namun, kami melanjutkan perjalanan ke dalam dan sampai di hutan pinus. Sangat indah dan menarik. Bahkan, kata mama, kalau dilanjutkan masih banyak area menarik lainnya dengan karakteristik yang berbeda. 




Namun, saat itu, kami memutuskan hanya sampai di sana, karena harus segera mengantar mama. InsyaAllah kalau nanti pulang kampung lagi, saya ingin menyempatkan waktu ke sana. Namun untuk saat ini, mari kembali ke mobil dan mencium wangi durian yang menyengat. Aw!




Sikabu ( Laterra Del Cafe)

Laterra del cafe adalah tempat nongkrong di daerah Sikabu, Payakumbuh. Cafe ini menawarkan pemandangan persawahan yang bertingkat, hijaunya pepohonan dan pemandangan Kota Payakumbuh dari ketinggian.  Untuk menuju daerah ini , kita harus melewati jalan yang menanjak. Namun, pemandangannya tidak perlu diragukan lagi.  




Ada beberapa cafe atau restoran yang bisa didatangi jika ke Sikabu. Namun, kami memilih Laterra Cafe saat itu. Bukan pilihan yang salah karena pemandangannya sangatlah indah. Mari nikmati segelas minuman ditemani pemandangan hijau sembari sejenak melepas penat kesibukan kota. 

Itulah beberapa tempat yang kami kunjungi saat itu. Memang tidak terlalu banyak, karena saat pulang kampung sebelumnya, kami sudah mengunjungi tempat yang lain. Selain itu, wisata yang terpenting lainnya adalah wisata kuliner,. Yeaaay... Let's go..!!

Wisata Kuliner

Salah satu yang paling ngangenin di Payakumbuh adalah makanannya. Bahkan suami pun sudah menyampaikan kalau kita tidak akan kemana-mana, hanya berburu kuliner saja. Haha.. Bahkan Qina pun saat diajak pulang kampung, paling bersemangat saat dibujuk dengan makan enak saat di Payakumbuh. Ya, Qina memang menyukai makanan Padang, mulai dari dendeng, sate padang, rendang, ayam pop, soto padang dan lainnya. Jadi, untuk mengajak Qina, si anak rumahan sejati ini, kami selalu menyodori kalimat, "kita mau makan enak". Hihi.. Dan ia pun semangat ikut. 

Menurut saya, Payakumbuh memiliki tempat makan yang sangat banyak, beragam dan tersebar. Mulai dari warung tenda, cafe dan restoran sangat banyak ditemukan di sini. Bahkan tempatnya pun tersebar. Mulai dari pagi pun, sudah bisa ditemukan penjual makanan bahkan makanan berat sekalipun. List yang saya buat setelah ini pun bukan hanya jenis makan namun juga tempat makannya ya. Jadi, langsung saja, sebelum ngiler mari kita lanjut..

Sate Danguang-Danguang

Ini adalah menu wajib yang saya datangi setiap pulang kampuang. Walaupun sate yang dikenal sebagai sate padang ini tampank sama, tapi sebenarnya sedikit berbeda tergantung daerahnya. Jika di danguang-danguang, kuahnya kuning dan tingkat kepedasan sedang. Walaupun bisa ditemukan di Pasar Payakumbuh, namun, biasanya saya selalu mendatangi daerah danguang-danguangnya. Tempat yang biasa saya datangi adalah Sate danguang-danguang In Bur. 

Penyajiannya sedikit berbeda. Kita diberikan satu piring beserta kuah dan ketupatnya. Sedangkan sate disajikan terpisah. Dagingnya besar, namun lembut. Rasa bumbunya pun meresap sampai ke dalam. Tak pernah mengecewakan. Lamak bana... Untuk pembayaran, sesuai berapa tusuk sate yang dimakan.




Sebagai tambahan, saya juga menyukai Sate Man. Sate Man ini berbeda dengan sate danguang-danguang. Rasanya lebih pedas. Kalau saya tidak salah, ini adalah sate khas pariaman. Letaknya di seberang Pasar Buah Payakumbuh. 

Martabak Si Wan ( Martabak Mesir)

Martabak ini juga menjadi kuliner wajib setiap pulang kampung. Ini sama seperti martabak kubang pada umumnya. Bisa ditemukan di depan tugu adipura dan selalu ramai apalagi saat malam hari. Jika ingin agak sepi, datanglah ke lokasi lain di area Bunian.


Rendang Telur

Rendang telur adalah makanan khas Payakumbuh. Rendang ini berasal dari olahan telur yang diiris tipis, sehingga menjadi garing. Bisa dikatakan rasanya seperti kerupuk. Qina sangat menyukai rendang telur ini. Bukan hanya sebagai teman makan nasi, tapi juga dimakan langsung seperti cemilan.

Palanta Lubuak Surien

Ini adalah tempat makan di daerah Guguak. Tempat makan yang menghadirkan menu masakan rumahan dengan area makan lesehan dengan pemandangan persawahan. Di sini saya menikmati kerabu baluik, ikan bakar, goreng jariang, samba lado ijau dan menu lainnya tentunya. Untuk rasa tak pernah mengecewakan. Namun, hati-hati jika ingin ke sini karena seringkali ramai oleh pengunjung, apalagi saat lebaran saat itu. Bahkan kami harus menunggu satu jam saat itu karena ada yang reuni di sana. 




Namun, saat itu, kami memilih untuk bersabar, dan memilih mengobrol untuk mengisi waktu kosong. Karena saat lebaran seperti ini, sudah sewajarnya tempat makan ramai. Jadi, jangan lupa pakai jurus sabar ya..hehe..

Es Tebak Bahar

Es tebak memang tidak mudah ditemui di daerah lain. Jadi, ini pun selalu saya datangi. Menikmati tebak, dengan tape, roti dan es serutnya sangat menyegarkan. Saya pun bisa menjelajah kembali kenangan saat masih sekolah dulu saat menikmati es yang satu ini. 




Sate Kacang

Sate kacang di Payakumbuh punya banyak pilihan. Namun salah satu favorit bagi saya adalah sate kacang depan lapas. Ya, kami menyebutnya begitu. Namun, sekarang tidak lagi, karena ternyata sudah pindah ke depan SD Pius, sekolah saya dulu. Jam bukanya malam dengan menggunakan gerobak. Dan yang baru juga sekarang adalah ia memberi nama sate madura. Saya tidak setuju dengan yang satu itu. Karena karakternya yang berbeda dengan sate madura pada umumnya. 




Namun kekhasan dan keunikannya itulah yang membuatnya menarik dan enak, yaitu kuahnya tidak terlalu cokelat dengan kacang yang banyak dan menambahkan acar tomat yang menggugah selera. Saya sudah coba sate ayam dan dagingnya. Dan saya baru sadar, ternyata sate dagingnya lebih saya sukai. Hmm..yummy..

Jagung Manis F1

Jagung F1 adalah jagung super manis yang dijadikan bermacam-macam cemilan seperti risoles jagung, pergedel jagung, jus jagung, donut jagung, sus jagung dan masih banyak lagi yang lainnya. Karena rasanya yang sangat manis, olahannya pun menjadi sangat enak. Salah satu favorit saya adalah risoles jagung. Tampilannya seperti risoles pada umumnya. Namun isiannya terdiri dari jagung manis dan parutan wortel, namun rasanya pedas. Rasa manis pedas inilah yang membuat risoles ini enak untuk dinikmati. Area yang menjualnya bisa ditemukan di daerah Piladang. Kita bisa menemukan dua tempat yang berdekatan yaitu F1 Gian dan F1 Aina. 

Ampera Yul

Jika dilihat kembali, tempat makan di Payakumbuh sangatlah banyak dan enak-enak. Jika mengacu ke rumah makan padang pada umumnya yang bisa kita temukan di kota lain, mungkin ampera yul bisa mendekati. Namun, ternyata di sini ia juga meiliki kekhasannya yang tidak ditemui di tempat lain yaitu lele bakar dan singgang ikan. Waaah...dua-duanya enak. Bahkan Kevin, adik saya yang tidak menyukai ikan pun sangat menyukai lele bakarnya. Bumbunya banyak dan meresap. Waaah..berkali-kali saya menelan ludah saat membuat tulisan ini.

Itiak Lado ijau Payobasuang

Saya dan suami bukan penggemar itik. Namun, saya selalu mendengar kalau tempat makan ini enak dan patut dicoba. Akhirnya saya pun mencoba ke sini. Dan ternyata menu-menunya sangatlah menarik. Bukan hanya itiak lado ijau, tapi juga asam padeh ikan, belut, ayam bakar dan menu lainnya. Semuanya menggugah selera. Saya pun mencoba asam padehnya. Mereka menggunakan ikan nila, sehingga dagingnya sangat lembut ditambah paduan kuahnya yang juga enak. Saya sampai bungkus untuk dibawa pulang. 




Untuk menu lainnya pun tidak mengecewakan tentunya. Lado ijaunya yang menjadi andalan pun enak. Pesanan Kevin tentunya. Saya sempat mencicipi bumbunya. Rempahnya sangat terasa. Ayam bakar pun juga ludes dimakan suami dan juga Qina. Semua enak pokoknya.. 


Dangau Bakipeh

Sebagai penggemar ikan, ini adalah tempat yang paling saya nantikan. Namun, berkali-kali kami datangi tapi tempatnya selalu tutup. Namun, dua hari sebelum ke Cibubur, kami melewatinya kembali. Tampak pemiliknya sedang bersih-bersih. Kami pun langsung menanyakan kapan waktu bukanya. Ternyata, mereka akan buka esok hari.. Yeaaay...masih ada kesempatan..

Keesokan harinya kami pun makan siang di sana. Tampak ikan-ikan dan juga ayam sedang dibakar. Wanginya pun menyeruak. Belum terlalu banyak orang. Kami pun memesan. Namun saat pesanan sudah di meja, barulah banyak yang datang bahkan mereka harus menunggu ikan dan ayamnya kembali dibakar. Waah..alhamdulillah kami datang lebih cepat. 

Lalu, bagaimana rasanya? Waaah..tentu tidak mengecewakan. Tidak ada rasa amis dan bumbunya selalu meresap. Menikmati nasi hangat, dengan ikan bakar dicampur sambal lado ijo, maka nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan..




Sala Lauak

Jajanan yang satu ini bagi saya istimewa. Bukan hanya karena enak, namun jajajan bulat yang satu ini juga sulit untuk dimasak. Bagi yang pernah mencoba memasaknya tentu akan menyadari bahwa seringkali saat menggorengnya, sala akan meletus sehingga menjadi berbahaya. Saya pun tidak berani membuatnya. 




Sehingga saat di Payakumbuh, saya selalu mengusahakan untuk membeli sala lauak ini. Biasanya saya temukan di dekat daerah bunian atau di Pasar Ibuah. 

Mie Tahu

Saat pulang kampung kali ini, saya mencoba beragam mie tahu yang dijual dari beberapa tempat. Bisa dikatakan semuanya enak, walaupun punya kelebihannya masing-masing. Makanan yang satu ini mirip dengan gado-gado. Terdiri dari sayuran, mie kuning, kerupuk merah dan disiram kuah kacang. Belum ada tempat spesifik yang saya rekomendasikan, karena sepanjang saya coba semuanya enak. 

Jajanan malam area Labuah Tangah (Jembatan Panasonic)

Labuah tangah atau Jembatan Panasonic adalah sebutan yang digunakan penduduk payakumbuh di tahun 90-an. Tempat ini mengacu pada area pusat di Jl. Ahmad Yani yang terdapat jembatan penyeberangan di sana. Dulunya terdapat iklan panasonic di jembatan tersebut. Iklan tersebut dipasang begitu lama sehingga begitu melekat pada jembatan itu sendiri. Sehingga sampai sekarang pun masih banyak yang menyebutnya jembatan panasonic. 




Saat sekarang ini, sudah dibangun atap yang menaungi jalan tersebut dan menjadi tempat berjulannya makanan dan jajanan. Bahkan saat malam hari, tempat tersebut semakin hidup. Salah satunya adalah martabak si wan yang sudah dibahas sebelumnya. Beberapa jajanan lainnya adalah :

Aia aka

Aia aka adalah minuman yang berasal dari perasan daun cincau dan dipercaya mengobati panas dalam. Ketika sudah makan bermacam-macam kuliner, rasanya menyegarkan meminum aia aka ini. Minuman ini biasa ditambah perasan jeruk nipis atau santan. 


Kue Putu

Saya rasa, kue putu cukup dikenal di Indonesia. Saya sendiri juga tidak tahu asalnya darimana. namun di sini ada kue putu kubang, yang berwarna putih. Patut dicoba..


Kerupuk Jengkol

Diujung area ini, yang berada di dekat pasar buah bisa ditemukan penjual kerupuk. Beberapa kerupuk baik dari singkong ataupun jengkol bisa ditemukan di sini. Kerupuknya biasanya sudah berbalut cabe dan dihargai sepuluh ribu rupiah per bungkusnya. Salah satunya adalah kerupuk yang memiliki rasa jengkol. Ya, sepertinya itu adalah kerupuk singkong yang dicampur jengkol dan rasanya bikin ketagihan. 


Roti bakar

Kami membeli roti bakar ini untuk Qina. Tapi saat dicoba, ternyata rasanya juga enak sekali. Rotinya lembut dan isiannya juga banyak. Sebelum kami berangkat, kami menyempatkan kembali ke sana, tapi sayang sedang tutup. 




Kalau dipikir-pikir, hampir tidak ada makanan yang kami coba tidak enak. Alhamdulillah enak semua.. Selain itu, harganya juga murah.

Bahkan jika berbicara harga murah, rekor untuk harga murah yang kami dapatkan adalah, untuk 2 piring lontong sayur, 1 piring nasi goreng telor, 6 bakwan, 1 risoles dan 2 keripik balado, yaitu 29 ribu rupiah. Harga yang mencengangkan. Kami mendapatkan harga itu di Warung Tek Upik Dolli. Harga yang mencengangkan, hihi..




Begitulah cerita pulang kampung kali ini. Alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk pulang dan menikmati keindahan Payakumbuh, menikmati kulinernya dan bersilaturahmi bersama keluarga. Satu hal yang membuat saya senang saat pulang kali ini adalah bahwa Qina tampak begitu senang dan bisa merasakan kedekatannya kepada Payakumbuh dan juga menjadi lebih dekat dengan nenek dan opanya. Bahkan saat berangkat kembali ke Cibubur, Qina sempat menangis dua kali yaitu di mobil dan saat pesawat take off. Kebahagiaan saya saat itu adalah bahwa saya bisa merasakan perkembangan emosi Qina. Benar adanya bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.

Terimakasih ya Allah untuk pengalaman yang indah ini...
Sekali lagi..minal aidin wal faidzin..mohon maaf lahir dan bathin..




Untuk Payakumbuh, sampai kita bertemu lagi..



You Might Also Like

0 komentar